Bisnis.com, JAKARTA - Kepala SKK Migas Djoko Siswato meminta Petronas Indonesia mempercepat target on stream Lapangan Hidayah menjadi pada akhir 2026. Semula, target on stream blok migas yang terletak di Wilayah Kerja North Madura II itu dijadwalkan pada kuartal I/2027.
"Sesuai PoD [plan of development], target on stream lapangan ini adalah buatan pertama tahun 2027. Tapi kita berupaya agar supaya tanggal 31 Desember tahun depan sudah onstream," kata Djoko dalam acara Final Investment Decision (FID) Engagement For the Hidayah Development Project Petronas Indonesia di Jakarta, Kamis (9/1/2025).
Djoko menuturkan, Petronas sudah menyetujui FID Lapangan Hidayah pada 30 Oktober 2024. Dia juga menyebut penemuan pertama di lapangan yang berlokasi 7 kilometer di utara Pulau Madura itu terjadi pada 7 Januari 2021 melalui pengeboran perdana di Sumur Hidayah 1. Kemudian, rencana pengembangan atau PoD I lapangan ini disetujui pada 30 Desember 2022.
Adapun, nilai investasi yang digelontorkan Petronas untuk Lapangan Hidayah mencapai US$3,5 miliar atau setara Rp56,78 triliun (asumsi kurs Rp16.225 per dolar AS).
Djoko pun mengingatkan salah satu tantangan yang dihadapi industri hulu migas Indonesia saat ini adalah bagaimana mempercepat tata waktu eksploitasi, dari penemuan cadangan sampai produksi dimulai.
Oleh karena itu, tantangan ini harus bisa dijawab di Lapangan Hidayah. Apalagi pemerintah dan Petronas akan terus berpegang pada target on stream pada akhir 2026.
Baca Juga
"Tim manajemen proyek SKK Migas dan Petronas perlu mengawal pencapaian target ini dengan ketat sehingga tidak terjadi penundaan," ucap Djoko.
Dia menuturkan, pengembangan lapangan dan pembangunan fasilitas produksi di Lapangan Hidayah bertujuan untuk memproduksikan perkiraan cadangan minyak sebesar 88,55 juta barel minyak bumi (MMSTB) hingga 2041.
Pada tahap awal, laju produksi diharapkan berada pada kisaran 8.973 barel minyak per hari (bopd) dan akan meningkat menjadi 25.276 bopd saat mencapai puncak produksi (peak production).
Djoko juga menuturkan, lingkup fasilitas produksi proyek ini terdiri atas dua fase. Pada fase pertama, fasilitas mencakup empat sumur produksi, CPP Hidayah beserta fasilitas produksi, fasilitas pengolahan, dan utilities dengan konsep normally unmanned, serta floating storage and offloading (FSO) dengan sistem sewa.
Selain itu, terdapat pipa penyalur berdiameter 10 inci sepanjang 1 kilometer yang menghubungkan CPP Hidayah dengan FSO. Sementara itu, pada fase kedua, fasilitas yang direncanakan mencakup 3 sumur produksi, 4 sumur injeksi air, serta WHP Hidayah, termasuk WTIP.
"Keputusan untuk melaksanakan fase kedua akan didasarkan pada hasil pengeboran dan produksi awal dari fase pertama," imbuh Djoko.
Djoko menambahkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, turunnya lifting minyak nasional sudah menjadi perhatian nasional. Pemerintah pun menjadikan peningkatan lifting minyak sebagai salah satu prioritas dan siap untuk berdiskusi dengan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) guna mencari cara supaya dapat mendongkrak profil produksi minyak nasional.
"Dengan adanya kondisi seperti ini, saya berharap kita semua dapat mengembangkan Lapangan Hidayah ini dengan sense of urgency. Kita sudah tidak punya lagi priviledge untuk menunda-nunda, karena tambahan produksi minyak dari lapangan ini sudah sangat dinantikan," tutur Djoko.