Bisnis.com, JAKARTA — Petani cabai mengungkap penyebab harga cabai yang melambung tinggi hingga menembus Rp110.000 per kilogram. Harganya hampir menyaingi harga 1 kilogram daging sapi.
Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia (ACCI) Tunov Mondro Atmojo mengatakan bahwa cuaca ekstrem menjadi penyebab utama harga cabai di tingkat konsumen melambung tajam.
Tunov mengaku bahwa sejatinya pada akhir tahun lalu, petani cabai sudah memberikan lampu kuning terhadap komoditas cabai pada kuartal I/2025. Salah satunya disebabkan oleh cuaca ekstrem yang membuat tanaman cabai tergenang air.
“Penyebab kenaikan harga [cabai] ini yang pasti karena banjir atau tergenang air tanaman kami. Kalau pohon cabai tergenang air dalam kurun waktu 1 bulan, itu tidak akan pernah ada yang kuat pohon cabai kalau tergenang air terus-menerus,” jelas Tunov dalam Rapat Koordinasi SPHP Cabai secara virtual, Kamis (9/1/2025).
Mirisnya, Tunov menyatakan bahwa cuaca ekstrem ini terjadi hampir di semua sentra, terutama di Jawa Tengah dengan tingkat kegagalan hampir mencapai 75%, imbas tergenang air hujan.
“Ini hal sepele, tetapi sangat berpengaruh, hujan dari pagi di wilayah sentra. Rumus cabai, cabai kalau hari ini petik maka pasar akan ada barang, hari ini libur petik, hari ini juga stok pasar akan turun. Beda dengan komoditas lain,” terangnya.
Baca Juga
Misalnya saja, kata dia, sentra di Jawa Tengah sejak pagi diguyur hujan dan membuat petani tidak bisa memanen, sehingga stok cabai di pasar seperti di Jakarta akan kosong. Alhasil, kondisi ini menyebabkan harga cabai melonjak tajam dengan fluktuasi bisa mencapai Rp5.000–Rp10.000 per kilogram per hari.
Beda halnya jika cuaca cerah. Di mana, para petani akan serempak melakukan panen dan harga akan terkoreksi lumayan tajam. Namun sejatinya, dia mengungkap bahwa pola ini terjadi di setiap periode Januari—Februari.
“Kami melihat kalau tanpa antisipasi yang baik, akan lumayan awet bisa sampai Lebaran harga [cabai] relatif tinggi ini,” tuturnya.
Sebab, lanjut dia, cuaca ekstrem yang tinggi mengakibatkan produktivitas cabai turun karena bunga yang rontok. Imbasnya, probabilitas per pohon cabai bisa anjlok hingga 50%.
Di samping itu, tingginya harga cabai juga dipicu para petani yang mengganti varietas komoditas tanaman lain efek jatuh harga pada 2024 silam.
Kendati demikian, Tunov mengaku bahwa kenaikan harga cabai di tingkat petani baru terjadi sekitar 8 hari terakhir. Meski begitu, menurut pengamatan ACCI, hampir sentra cabai nasional mengalami lonjakan harga, naik di Nusa Tenggara Barat (NTB), Enrekang, Jawa Tengah, hingga Jawa Barat.
Menurut catatannya, di tingkat petani malam kemarin, harga cabai rawit merah biasa dibanderol Rp70.000–Rp73.000 per kilogram, sedangkan untuk cabai merah keriting super dipatok Rp45.000 per kilogram.
Jika menengok Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Kamis (9/1/2025) pukul 16.28 WIB, harga cabai merah keriting terpantau turun tipis Rp200 menjadi Rp51.470 per kilogram secara rata-rata nasional. Sementara itu, harga cabai rawit merah naik Rp620 menjadi Rp74.230 per kilogram.