Bisnis.com, JAKARTA — Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump membantah laporan surat kabar yang mengatakan bahwa para pembantunya sedang menjajaki rencana tarif yang hanya akan mencakup impor penting, sehingga memperdalam ketidakpastian di antara para pemimpin bisnis tentang kebijakan perdagangan AS di masa mendatang.
Trump menanggapi di platform Truth Social miliknya setelah munculnya laporan Washington Post terkait rencana kebijakan tarifnya. Mengutip tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut, mereka mengatakan para pembantu Trump sedang menjajaki pendekatan yang lebih sempit terhadap tarif dan difokuskan pada sektor-sektor penting tertentu.
"Berita di Washington Post, yang mengutip sumber anonim yang tidak ada, secara keliru menyatakan bahwa kebijakan tarif saya akan dikurangi. Itu salah. Washington Post tahu itu salah. Itu hanya contoh lain dari berita palsu," tulisnya di Truth Social yang dikutip dari Reuters, Selasa (7/1/2025).
Washington Post telah melaporkan bahwa para pembantu Trump sedang menjajaki rencana tarif impor yang akan diterapkan ke setiap negara. Namun, tarif tersebut hanya mencakup sektor-sektor tertentu yang dianggap penting bagi keamanan nasional atau ekonomi.
Jika kabar tersebut benar, maka kebijakan itu akan memunculkan pergeseran yang nyata dari janji-janji yang dibuat Trump selama kampanye presiden 2024.
Saham AS dan Eropa melonjak tajam pada perdagangan Senin (5/1/2025) waktu setempat setelah laporan surat kabar tersebut, dan tetap naik meskipun Trump menyangkalnya. Dolar AS memangkas penurunan terhadap sekeranjang mata uang lainnya setelah pernyataan Trump.
Baca Juga
Trump, seorang Republikan yang akan mulai menjabat pada 20 Januari, telah berjanji untuk mengenakan tarif sebesar 10% pada impor global ke AS bersama dengan tarif 60% pada barang-barang China—bea yang menurut para ahli perdagangan akan mengganggu arus perdagangan, meningkatkan biaya, dan memicu pembalasan terhadap ekspor AS.
Dia kemudian mengatakan akan mengenakan tarif 25% pada impor Kanada dan Meksiko pada hari pertamanya menjabat, yang dapat menyebabkan kenaikan tajam dalam biaya bensin.
Para ajudan Trump mengatakan rencana tersebut masih belum jelas dan belum dirampungkan, menurut surat kabar tersebut.
"Semuanya tampak tidak pasti dan tidak menentu. Kami telah mendengar penolakan diam-diam terhadap gagasan bahwa akan ada banyak pengecualian dari beberapa rencana tarif ini," kata wakil presiden senior di Kamar Dagang AS John Murphy, kelompok lobi yang kuat yang berkantor pusat di Washington
Murphy mengatakan, meski tarif yang diberlakukan selama masa jabatan pertama Trump tidak membuat inflasi melonjak, tarif tersebut mengakibatkan penurunan yang nyata dalam investasi asing dan domestik serta sentimen bisnis.
"Semakin cepat kita dapat memperoleh kejelasan dan stabilitas serta menghindari biaya tarif yang besar sejauh mungkin, semakin baik," tambahnya.
Adapun, laporan Washington Post mengatakan tidak jelas sektor mana yang akan menjadi sasaran tarif impor. Diskusi awal sebagian besar difokuskan pada beberapa sektor utama, termasuk rantai pasokan industri pertahanan, melalui tarif baja, besi, aluminium, dan tembaga.
Selain itu, sektor yang dibahas juga mencakup pasokan medis penting seperti bahan farmasi; dan produksi energi, termasuk baterai, mineral tanah jarang, dan panel surya.