Bisnis.com, JAKARTA - PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau PT Pelni memaparkan ketepatan waktu hingga volume muatan balik masih menjadi tantangan pelaksanaan program tol laut 2025.
Direktur Usaha Angkutan Barang dan Tol Laut PELNI Kokok Susanto mengatakan frekuensi kapal tol laut secara rutin dan tepat waktu masih menjadi catatan. Keterlambatan kapal akan mempengaruhi jumlah voyage sehingga target tidak dapat tercapai.
“Ini catatan yang disampaikan teman-teman KPK.Ada memang penyebab-penyebab yang ditengarai memuat kapal ini tidak rutin, tidak tepat waktu,” kata Kokok di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (6/1/2025).
Pertama adalah konsolidasi muatan yang membutuhkan waktu lama terutama di daerah 3TP. Hal ini disebabkan fasilitas di luar tol laut masih belum maksimal seperti pergudangan, depo, jarak depo hingga angkutan forklift.
Kedua adalah biaya logistik di luar biaya pelayaran yang masih tinggi. Kokok menyebutkan biaya ini sulit dikendalikan karena fasilitas yang belum maksimal menyebabkan operasional tidak optimal. Sementara jika biaya pelayaran sendiri sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Selain terkait ketepatan waktu, muatan balik yang lesu juga menjadi salah satu tantangan yang selalu dihadapi dari tahun ke tahun.
Baca Juga
“Keberangkatan selalu penuh, saya kira isu [muatan balik] yang ada setiap tahun, bagaimana potensi komoditi daerah yang harusnya bisa dipasarkan di Jawa dan daerah lain bisa dipacking dengan baik,” kata dia.
Adapun sepanjang 2024, muatan berangkat kapal tol laut milik Pelni dengan 8 trayek tercatat sebesar 9.215 teus dengan kontribusi tertinggi oleh KM Logistik Nusantara 5 trayek T9 disusul oleh KM Logistik Nusantara 1 dengan trayek T-26.
Sementara itu untuk muatan balik, Pelni mencatatkan muatan sebesar 3.233 teus. Muatan Balik ini didominasi oleh KM Logistik Nusantara 5 dan KM Logistik Nusantara 3.