Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri furnitur dan kerajinan Tanah Air mengandalkan kinerja ekspor untuk tetap mencetak pertumbuhan pada 2025. Terlebih, pasar domestik dipastikan masih suram karena tekanan pelemahan daya beli.
Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Dedy Rochimat mengakui bahwa industri furnitur memiliki prospek yang cukup positif di tahun 2025 karena ditopang permintaan ekspor.
"Secara global, pasar furnitur diproyeksikan akan mencapai nilai US$794 miliar, naik dari US$766 miliar pada akhir tahun 2024. Kami melihat pertumbuhan ekspor Indonesia pun cukup stabil, sehingga kami masih mematok target pertumbuhan 20% di pasar domestik dan internasional," jelasnya kepada Bisnis.com, Kamis (26/12/2024).
Dedy menjelaskan bahwa sikap optimistis juga bersumber dari tren kinerja ekspor furnitur Indonesia yang mampu mencapai US$1,61 miliar hingga kuartal III/2024, alias meningkat 3,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Oleh sebab itu, ke depan Asmindo tetap akan bertumpu pada ajang seperti International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA) yang akan berperan sebagai platform untuk mempromosikan produk furnitur Indonesia ke pasar global dan memperkuat posisi Indonesia di industri furnitur dunia.
"Ajang IFFINA akan membuka peluang baru, baik melalui kemitraan bisnis internasional, maupun peningkatan kesadaran terhadap kualitas dan keunikan furnitur lokal. Untuk mendukung pencapaian target, kami juga terus mendorong inovasi produk, peningkatan kualitas, serta kerja sama internasional," jelasnya.
Baca Juga
Meski demikian, tantangan di pasar domestik juga menjadi perhatian Asmindo, terutama karena penurunan jumlah kelas menengah dan pelemahan daya beli masyarakat secara umum, sehingga berimbas pada lesunya permintaan terhadap mebel dan kerajinan.
Selain itu, tantangan juga berasal dari potensi tekanan terkait ketenagakerjaan akibat kenaikan upah minimum. Industri furnitur merupakan sektor padat karya yang pada tahun 2023 mempekerjakan lebih dari 962.000 tenaga kerja, baik di industri kecil, menengah, maupun besar.
"Maka, kami mengusulkan kepada pemerintah untuk memberikan insentif yang mendukung daya saing industri, seperti insentif ekspor, penguatan industri bahan baku pendukung, penguatan ekosistem supply chain, dan pengembangan teknologi manufaktur," katanya.
Senada, Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur menekankan bahwa pasar ekspor diproyeksikan tetap menjadi penopang utama industri mebel dan kerajinan Indonesia.
"Namun, fluktuasi nilai tukar rupiah yang lebih kuat terhadap mata uang asing dapat mengurangi daya saing harga produk ekspor. HIMKI juga melihat peluang dari munculnya perjanjian dagang baru, tetapi diperlukan strategi yang lebih agresif untuk memanfaatkan hal ini," ungkapnya kepada Bisnis.
Hanya saja, pemain lokal harus terus waspada karena Vietnam, Thailand, dan Malaysia terus menguatkan posisi mereka di pasar global, baik dari sisi kualitas, efisiensi, maupun daya saing harga.
"Oleh karena itu, dengan strategi diversifikasi pasar ke kawasan nontradisional seperti Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin, kami yakin ekspor dapat terus tumbuh," tambahnya.
Selain itu, pemerintah perlu mendorong ekspansi pasar ekspor dengan optimalisasi hubungan bilateral, utamanya ke Amerika Serikat dan Uni Eropa, baik dengan free trade agreement (FTA) maupun comprehensive economic partnership agreement (CEPA).
Pasalnya, saat ini AS menjadi tulang punggung industri furnitur dan kerajinan Indonesia anggota HIMKI, karena mencapai 52% dan tertolong program generalized system of preferences (GSP), alias program AS terkait pemberian perlakuan bebas bea masuk impor atas produk ekspor negara berkembang.
Sementara itu, dari pasar domestik, HIMKI memperkirakan tantangan pada daya beli masyarakat di tahun 2025 akibat dampak kenaikan PPN dan inflasi. Hal ini akan memengaruhi permintaan produk mebel dan kerajinan di dalam negeri, terutama untuk segmen menengah ke bawah.
"Namun, segmen premium dan kelas atas diharapkan tetap stabil, karena daya beli mereka cenderung tidak terpengaruh secara signifikan. Ini bisa menjadi fokus untuk pasar domestik," ujarnya.