Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyarankan agar industri dapat meminimalisir dampak kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menggunakan fasilitas Local Currency Transaction (LCT) untuk importasi.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan fasilitas tersebut dapat mengurangi beban industri yang masih banyak bergantung pada impor dengan menggunakan dolar AS.
"Kami mengimbau industri untuk memakai fasilitas Local Currency Transaction (LCT) untuk bahan baku itu juga bisa untuk mengantisipasi untuk meredam kenaikan nilai tukar rupiah," ujar Febri saat ditemui di Kantor Kemenperin, Jumat (20/12/2024).
Namun, Febri mengakui memang baru beberapa negara saja yang telah memiliki kerja sama transaksi ekonomi dan keuangan melalui Bank Appointed Cross Currency Dealer (ACCD) tersebut.
"Memang beberapa negara, tapi itu aja, misalnya dengan China, Jepang, Malaysia udah. Mereka bisa impor bahan baku tanpa dolar, bisa pakai transaksi rupiah atau mata uang negara tersebut," imbuhnya.
Di samping itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita juga tak memungkiri bahwa kenaikan dolar beberapa waktu terakhir cukup memberatkan bagi industri yang bahan baku nya masih tergantung impor.
Baca Juga
"Untuk bahan baku berat sekali, bahan baku yang selama ini masih harus didapatkan dari mpor itu pasti akan memberikan impact yang cukup berat bagi industri yang akan berkaitan dengan daya saing kita," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Mata uang rupiah ditutup menguat ke level Rp16.221,5 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (20/12/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 0,56% atau 91 poin ke level Rp16.221,5 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS melemah 0,16%. Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS.
Misalkan, yen Jepang dan dolar Singapura ikut menguat masing-masing 0,43% dan 0,22%. Selanjutnya, peso Filipina dan rupee India masing-masing menguat 0,32% dan 0,09%.