Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8%, Sektor Padat Karya Tak Boleh Ditinggalkan

Pemerintah harus menghidupkan kembali industri padat karya yang belakangan seakan semakin terpuruk untuk mengejar pertumbuhan ekonomi 8%.
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat. Bisnis/Bisnis
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat. Bisnis/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom senior Raden Pardede meyakini revitalisasi industri di sektor-sektor padat karya menjadi kunci keberhasilan pemerintah Presiden Prabowo Subianto mengejar target pertumbuhan ekonomi 8%.

Raden melihat belakangan pemerintah seakan hanya fokus ke hilirisasi sehingga sektor padat karya terabaikan. Padahal, sambungnya, sektor padat karya jauh lebih banyak menyerap tenaga kerja daripada hilirisasi.

Oleh sebab itu, pemerintah harus menghidupkan kembali industri padat karya yang belakangan seakan semakin terpuruk, di samping menggenjot hilirisasi sumber daya alam strategis.

"Ini ke depannya ya, menurut saya adalah bagaimana kita merevitalisasi permesinan mereka [sektor padat karya]. Perlu dimodernisasi," ujar Raden dalam FGD Bisnis Indonesia Economic & Financial Report di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (18/12/2024).

Dia melihat banyak permesinan di pabrik-pabrik sektor padat karya yang kondisinya sangat suram. Alhasil, mereka tidak bisa bersaing dengan produk-produk tekstil atau garmen dari negara lain.

Raden mencontohkan Bangladesh yang kini menjadi salah satu pusat industri sektor padat karya. Apalagi, pendapatan di Bangladesh masih sekitar US$2.500 per kapita—jauh lebih rendah daripada Indonesia yang sekitar US$5.000 per kapita.

Artinya, Indonesia tidak bisa bersaing dengan Bangladesh dalam hal pengupahan yang berbanding lurus dengan harga final produk. Oleh sebab itu, Raden menekankan pentingnya peningkatan produktivitas dengan merevitalisasi permesinan sehingga produk seperti tekstil maupun garmen Indonesia bisa bersaing dengan negara lain.

"Jadi kalau ini saja, kita naikkan produktivitasnya, maka yang terjadi adalah income mereka [upah buruh] naik. Income mereka naik itu adalah engine of growth [penggerak pertumbuhan ekonomi] yang sesungguhnya," jelasnya.

Dia meyakini jika upah di sektor padat karya yang memiliki banyak tenaga kerja naik maka permintaan terhadap barang/jasa juga meningkatkan. Jika permintaan terhadap barang/jasa meningkatkan maka perusahaan akan melakukan ekspansi.

Kemudian, jika perusahaan melakukan ekspansi maka akan kembali membutuhkan tenaga kerja baru. Jika banyak tenaga kerja baru yang terserap maka tercipta tambahan upah lagi. "Jadi, menurut saya jangan ditinggalkan, Ini namanya labor intensive," tutup Raden.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper