Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintahan Prancis sedang 'Gonjang-ganjing', Ada Apa?

Partai sayap kanan dan kiri mengajukan mosi tidak percaya pada hari Senin lalu terhadap Perdana Menteri Prancis Michel Barnier.
Sungai Seine dekat Menara Eiffel di Paris, Prancis. REUTERS/Gonzalo Fuentes
Sungai Seine dekat Menara Eiffel di Paris, Prancis. REUTERS/Gonzalo Fuentes

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Prancis hampir pasti akan runtuh akhir minggu ini setelah partai sayap kanan dan kiri mengajukan mosi tidak percaya pada hari Senin lalu terhadap Perdana Menteri Michel Barnier.

Mengutip Reuters pada Selasa (3/12/2024), krisis ini langsung berdampak ke pasar keuangan. Investor segera melepas aset Prancis karena perkembangan terakhir menjerumuskan ekonomi terbesar kedua di zona euro itu ke dalam krisis politik yang lebih dalam. 

Pasar juga memiliki  keraguan serius mengenai apakah anggaran tahunan akan disetujui. "Prancis sudah muak," kata pemimpin National Rally (RN) Marine Le Pen kepada wartawan di parlemen, seraya mengatakan Barnier, yang baru menjadi perdana menteri pada awal September, telah memperburuk keadaan dan harus disingkirkan. 

"Kami mengusulkan mosi tidak percaya terhadap pemerintah," katanya.

Kecuali ada kejutan di menit-menit terakhir, koalisi Barnier yang rapuh akan menjadi pemerintah Prancis pertama yang dipaksa mundur melalui mosi tidak percaya sejak 1962.

Runtuhnya pemerintahan akan meninggalkan lubang di jantung Eropa, dengan Jerman juga dalam mode pemilihan umum, beberapa minggu menjelang Presiden terpilih AS Donald Trump memasuki kembali Gedung Putih. 

Anggota parlemen RN dan sayap kiri secara gabungan memiliki cukup suara untuk menggulingkan Barnier. Le Pen juga mengonfirmasi partainya akan memberikan suara untuk RUU mosi tidak percaya dari koalisi sayap kiri di samping RUU RN sendiri. 

Adapun pemungutan suara terkait mosi tersebut kemungkinan akan diadakan pada hari Rabu waktu setempat. 

Para pihak mengumumkan mosi tidak percaya mereka setelah Barnier mengatakan bahwa dia akan mencoba memaksakan rancangan undang-undang jaminan sosial melalui parlemen tanpa pemungutan suara. Hal tersebut karena konsesi pada menit terakhir terbukti tidak cukup untuk mendapatkan dukungan RN terhadap undang-undang tersebut.

"Menghadapi penyangkalan demokrasi yang kesekian kalinya ini, kami akan mengecam pemerintah," kata Mathilde Panot dari France Unbowed yang berhaluan kiri. 

"Kita hidup dalam kekacauan politik karena pemerintahan Michel Barnier dan kepresidenan Emmanuel Macron," lanjutnya.

Di lain pihak, selisih antara obligasi Prancis dan acuan Jerman semakin melebar dan aksi jual euro semakin cepat.

Sejak Macron mengadakan pemilihan umum dadakan pada awal Juni, indeks saham CAC 40 Prancis telah turun hampir 10% dan merupakan yang paling terpuruk di antara negara-negara ekonomi utama Uni Eropa. Indeks ditutup datar pada perdagangan Senin kemarin setelah turun lebih dari 1% pada awal hari.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper