Bisnis.com, JAKARTA — Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump dalam kampanyenya akan melawan upaya dedolarisasi dalam perdagangan global. Dalam kampanye pada September 2024, Trump menyatakan akan memberlakukan tarif hingga 100% terhadap barang-barang dari negara yang meninggalkan dolar sebagai alat transaksi lintas negara.
“Anda meninggalkan dolar, Anda tidak melakukan bisnis dengan Amerika Serikat karena kami akan mengenakan tarif 100% pada barang-barang Anda,” kata Trump dalam pidatonya saat kampanye September 2024 lalu yang dikutip dari Bloomberg.
Trump menegaskan ia ingin dolar tetap menjadi mata uang cadangan dunia. Bersama penasihat ekonominya, mantan pengusaha itu tengah menyusun strategi untuk menghukum negara-negara yang aktif menggunakan mata uang selain dolar dalam perdagangan bilateral, termasuk sekutu maupun musuh AS.
Meskipun dominasi dolar telah menurun selama beberapa dekade, mata uang ini masih menyumbang 59% dari cadangan devisa resmi global pada kuartal pertama 2024. Sementara itu, euro berada di posisi kedua dengan kontribusi hampir 20%, menurut data Dana Moneter Internasional (IMF).
Baca Juga
Kebijakan Indonesia Terkait Dedolarisasi
Indonesia telah menjalankan kebijakan Local Currency Transaction (LCT) untuk mendukung penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan internasional sehingga mengurangi ketergantungan terhadap dolar. Misalnya, perdagangan antara Indonesia dan China kini dilakukan menggunakan rupiah dan yuan, menggantikan dolar AS.
Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa nilai transaksi LCT antara Indonesia dan China mencapai US$4,7 miliar atau sekitar Rp74,26 triliun (kurs Rp15.800 per dolar AS) sepanjang semester pertama 2024. Selain itu, Indonesia juga memanfaatkan QRIS antarnegara untuk mempermudah pembayaran lintas negara, sehingga wisatawan tidak perlu menukar mata uang saat bertransaksi di luar negeri.
Namun, langkah dedolarisasi ini dapat memicu risiko jika ancaman Trump diwujudkan. Apalagi, Indonesia resmi menjadi anggota BRICS pada akhir Oktober 2024, sebuah organisasi yang memiliki agenda utama mengurangi dominasi dolar dalam perdagangan internasional.
Hingga kini, Trump belum merinci lebih lanjut kebijakan tarif yang ia ancam akan terapkan terhadap negara-negara yang mendukung dedolarisasi, termasuk Indonesia.
Akankah RI Terdampak?
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyampaikan bahwa sanksi berupa tarif bea masuk 100%—bila benar diterapkan—otomatis akan mempengaruhi kinerja ekspor Tanah Air.
“Saya rasa enggak akan se-ekstrem itu penerapannya. Kalaupun dikenakan tarif, akan berlaku ke banyak negara dan enggak cuma Indonesia,” ujarnya, Selasa (19/11/2024).