Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan dirinya optimistis terhadap target pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 5,2%.
Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Jumat (18/10/2024), menyebutkan ekonomi tahun depan akan masih ditopang oleh permintaan domestik.
"Ekonomi 2025 didorong permintaan domestik dan penguatan reformasi struktural untuk meningkatkan produktivitas dan memperkuat struktur pertumbuhan ekonomi," ujarnya dalam konferensi pers.
Selain itu, juga termasuk sektor ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja dan memiliki nilai tambah yang tinggi akan mendorong ekonomi menuju target 5,2% (year on year/YoY) tahun depan.
Bukan tanpa sebab, dari sisi moneter, Bank Indonesia (BI) pun berencana menggeser kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) dari yang sebelumnya pro-growth menjadi pro-job.
Di mana BI memberikan insentif kepada perbankan yang mengucurkan kredit ke sektor-sektor yang dapat menciptakan lapangan kerja atau pro-job mulai 1 Januari 2025.
Baca Juga
KLM merupakan jamu manis dari BI—berupa penurunan giro wajib minimum (GWM) yang besarannya tergantung besarnya kredit yang dikucurkan—bagi perbankan untuk mengucurkan kredit ke sektor-sektor prioritas yang telah ditentukan.
Sebelumnya, BI memberikan insentif likuiditas demi mendorong pertumbuhan ekonomi atau pro-growth. Di mana sektor yang menjadi prioritas adalah hilirisasi (minerba dan nonminerba), perumahan, pariwisata, dan sektor otomotif, perdagangan, LGA, dan jasa sosial.
Mulai tahun depan, sektor prioritas mengarah kepada pertanian, UMKM, perkebunan, yang menyerap banyak tenaga kerja. Harapannya, dengan semakin besarnya kucuran kredit ke sektor-sektor tersebut akan meningkatkan permintaan barang/jasa dan meningkatkan permintaan tenaga kerja.
Adapun, target pemerintah yang telah disahkan dalam Undang-Undang (UU) APBN 2025 tersebut nyatanya tidak berbeda dengan target 2024 yang juga sebesar 5,2%.
Untuk tahun ini, kinerja sektor manufaktur dan perdagangan menjadi penopang utama pertumbuhan dari sisi produksi, seiring dengan terjaganya daya beli masyarakat serta peningkatan nilai tambah dan output produksi.
"Dengan perkembangan tersebut, perekonomian Indonesia tahun 2024 diprakirakan tumbuh 5,1% [YoY]," lanjutnya.