Bisnis.com, JAKARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) memandang penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) lebih realistis dilakukan dalam jangka menengah, bukan di akhir 2024.
Sekjen Hipmi, Anggawira mengatakan kebijakan moneter BI saat ini masih memperhitungkan faktor inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah. Hipmi memperkirakan hal ini mungkin terjadi pada paruh pertama atau pertengahan 2025.
“Meski pengusaha sangat mengharapkan penurunan suku bunga untuk mendorong aktivitas ekonomi dan investasi di sektor riil, Hipmi menilai bahwa ruang untuk penurunan suku bunga baru akan terbuka jika tekanan inflasi mereda dan kondisi eksternal lebih stabil,” kata Anggawira kepada Bisnis, Rabu (16/10/2024).
Dia mengatakan BI saat ini masih fokus menjaga stabilitas makroekonomi, termasuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global serta potensi kenaikan suku bunga di negara-negara maju.
Hipmi juga memahami bahwa keputusan BI didasarkan pada kebutuhan untuk menjaga stabilitas makroekonomi di tengah tantangan global, tetapi berharap kebijakan suku bunga ke depannya dapat lebih akomodatif terhadap dunia usaha.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 15—16 Oktober 2024.
Baca Juga
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 15 dan 16 Oktober 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (16/10/2024).
Adapun, dalam pengumuman suku bunga BI hari ini, bank sentral juga menetapkan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,25% dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,75%.