Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa penghasilan rumah tangga masih mengalami peningkatan, tetapi dengan tren pemulihan yang berbeda antar kelas penghasilan.
Berdasarkan Buku Kajian Stabilitas Keuangan No. 43 BI, tercatat indeks penghasilan rumah tangga meningkat menjadi 118,61% pada semester I/2024, lebih tinggi dibandingkan dengan semester II/2023 sebesar 117,59%.
Namun demikian, jika dilihat lebih rinci berdasarkan kelas penghasilannya, penghasilan rumah tangga kelas menengah atas telah kembali pulih di atas level prapandemi, sementara rumah tangga kelas bawah belum pulih ke level prapandemi.
Menurut BI kondisi ini salah satunya disebabkan oleh struktur tenaga kerja Indonesia yang masih didominasi oleh tenaga kerja informal atau mencapai 59%, dengan laju pemulihan yang belum kembali seperti kondisi prapandemi.
“Secara rata-rata, tingkat informal memiliki upah yang lebih rendah dengan tren peningkatan lebih terbatas dibandingkan dengan tenaga kerja formal,” tulis BI, yang dikutip Minggu (6/10/2024).
Selain itu, BI menyatakan bahwa realisasi anggaran bantuan sosial juga cenderung menurun sejak periode Covid-19 dengan realisasi Juni 2024 yang kurang dari 50% target penyaluran. Hal itu turut mendorong tertahannya indeks penghasilan rumah tangga kelas bawah.
Baca Juga
Di sisi lain, BI menilai penghasilan atau pendapatan dan kemampuan membayar rumah tangga yang masih terjaga mendukung risiko kredit rumah tangga yang terkendali.
Hal ini tercermin dari Debt Service Ratio (DSR) rumah tangga yang tercatat naik terbatas dari 24,61% pada semester II/2023 menjadi 24,75% pada semester I/2024.
BI mencatat, kredit berisiko (loan at risk/LaR) rumah tangga sedikit meningkat dari 8,99% pada semester II/2023 menjadi 9,10% pada semester I/2024, tapi membaik dibandingkan dengan semester I/2023 yang sebesar 10,26%.
Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) kredit rumah tangga juga relatif meningkat menjadi sebesar 1,97% pada semester I/2024, dibandingkan dengan semester I dan semester II 2023, yang masing-masing sebesar 1,87% dan 1,80%.
Berdasarkan kelas pendapatan, rumah tangga kelas atas tercatat memiliki DSR dan risiko kredit paling tinggi dibandingkan dengan kelas menengah dan bawah terutama pada segmen kredit pemilikan rumah (KPR).
Namun, BI memperkirakan penurunan kemampuan bayar rumah tangga kelas atas dapat termitigasi oleh nilai asetnya yang masih berpotensi meningkat.
Sementara itu, peningkatan penghasilan rumah tangga kelas bawah yang tertahan berpotensi berdampak pada keberlanjutan kemampuan membayar utang rumah tangga kelas bawah.