Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kejar Target Pajak Rp1.988,9 Triliun, Kinerja Manufaktur dan Perdagangan Harus Membaik

Hingga Agustus 2024, penerimaan pajak baru mencapai Rp1.196,54 triliun atau 60,16% target tahun ini. Manufaktur dan perdagangan dinilai sebagai kunci pemulihan.
Petugas membantu wajib pajak melapor surat pemberitahuan (SPT) tahunan Pajak Penghasilan (pph) orang pribadi di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Sabtu (16/3/2024). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Petugas membantu wajib pajak melapor surat pemberitahuan (SPT) tahunan Pajak Penghasilan (pph) orang pribadi di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Sabtu (16/3/2024). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Eksekutif MUC Tax Research Wahyu Nuryanto menekankan bahwa kinerja industri manufaktur dan perdagangan harus membaik beberapa bulan ke depan agar pemerintah bisa merealisasikan penerimaan pajak sebesar Rp1.988,9 triliun sesuai target APBN 2024.

Wahyu menjelaskan, jika dibagi secara porsi maka belakangan industri manufaktur dan perdagangan yang paling mengalami kontraksi. Padahal, dua sektor tersebut kerap menjadi penyetor pajak terbesar. 

Oleh sebab itu, dia tidak heran apabila realisasi pajak sebesar Rp1.196,54 triliun per akhir Agustus 2024 atau setara 60,16% dari target APBN. Menurutnya, pemerintah harus segera menggenjot kinerja sektor manufaktur dan perdagangan sehingga turut akan berkontribusi positif kepada penerimaan pajak.

"Semoga menjelang akhir tahun, konsumsi masyarakat membaik sehingga berdampak pada kinerja pajak di dua sektor tersebut [manufaktur dan perdagangan]," jelas Wahyu kepada Bisnis, Kamis (26/9/2024).

Kendati demikian, dia mengingatkan bahwa pada Agustus 2021 realisasi penerimaan pajak juga sebesar 60,29%. Namun, ternyata realisasinya bisa 103,9% dari target pada akhir tahun.

Oleh sebab itu, Wahyu meyakini masih ada peluang bagi pemerintah meski tidak mudah. Apalagi, sambungnya, konteks 2021 dengan sekarang sangat berbeda.

Pada akhir 2021, ekonomi Indonesia sedang berada dalam tren pemulihan setelah pandemi Covid-19. Sementara itu, kini sedang terjadi penurunan daya beli masyarakat.

"Penurunan konsumsi berdampak pada kinerja PPN [pajak pertambahan nilai] di sepanjang tahun ini. Karenanya, saya mengingatkan pemerintah untuk memastikan kondisi ekonomi terjaga baik dan daya beli masyarakat terjaga," ujar Wahyu.

Prospek Penerimaan Pajak 2024

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memang sudah menyatakan bahwa kinerja penerimaan negara pada akhir tahun tidak akan mencapai target APBN 2024. Menurutnya, pendapatan secara umum akan tetap tumbuh sebesar 0,4% (year on year/YoY) meski penerimaan dari pajak, bea, dan cukai di bawah target.

"Outlook pendapatan negara dari sisi pajak akan mencapai 96,6% dari APBN, tipis 2,9% [YoY]. Ini artinya perekonomian nasional masih relatif terjaga, meskipun tekanan dari beberapa komoditas relatif besar," jelasnya dalam rapat kerja dengan DPR, Senin (8/7/2024).

Sri Mulyani menunjukkan, proyeksi penerimaan pajak pada akhir 2204 hanya akan mencapai Rp1.921,9 triliun atau lebih rendah Rp66,9 triliun dari target Rp1.988,9 triliun.

Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono menjelaskan bahwa penerimaan pajak jenis badan atau PPh Badan memang menjadi yang paling mengalami kontraksi atau penurunan paling besar pada Agustus 2024.

Per Agustus 2024, PPh Badan menyetor Rp212,7 triliun. Kendati demikian, angka tersebut berkurang 32,1% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

"[Penurunan setoran] PPh Badan terutama akibat penurunan harga komoditas," jelas Thomas dalam Konferensi Pers APBN Kita di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Senin (23/9/2024).

Sebaliknya, keponakan presiden terpilih Prabowo Subianto ini mengaku bahwa jenis pajak utama lainnya terutama pajak-pajak yang berbasis pada transaksi pada tahun berjalan menunjukkan pertumbuhan positif.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper