Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SKK Migas Ramal Pasokan Gas Dalam Negeri Bakal Berlebih di 2035

SKK Migas memproyeksikan pasokan gas dalam negeri akan berlebih atau oversupply pada 2035.
West Ganal, blok migas di Kalimantan Timur yang dioperatori oleh Eni/Dok. Neptune Energy
West Ganal, blok migas di Kalimantan Timur yang dioperatori oleh Eni/Dok. Neptune Energy

Bisnis.com, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan pasokan gas dalam negeri akan berlebih atau oversupply pada 2035. 

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan, proyeksi tersebut seiring dengan akan berproduksinya sejumlah prospek lapangan gas bumi dengan potensi besar, seperti Lapangan Abadi Blok Masela hingga Lapangan Geng North Blok North Ganal. 

Dwi pun optimistis target produksi gas sebesar 12.000 juta kaki kubik per hari gas (MMscfd) atau 12 Bcfd pada 2030 dapat tercapai. 

“Kita sangat yakin incline produksi gas akan sangat baik ke depan dengan proyek besar seperti Geng North, Abadi Masela, dan nanti di Andaman kita yakin untuk pencapaian 2030-2031 12 Bcf,” kata Dwi di acara Leaders Forum, Rabu (11/9/2024).

“Sehingga kita yakinkan sampai 2030-2035 masih oversupply ekses di produksi gas,” imbuhnya.

Sayangnya, kondisi serupa tak terjadi pada minyak. Produksi minyak Indonesia saat ini masih berada di level 600.000 barel per hari (bph), masih jauh dari target 1 juta barel pada 2030. 

Meski begitu, Dwi menuturkan, saat ini terdapat kenaikan produksi minyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Produksi minyak sebetulnya sudah 20 tahun lebih decline [menurun]. Sekarang kita sedang mengurangi decline-nya dari 7%, 4%, kita sekarang tinggal 1% sehingga kalau kita gabung minyak gas sudah incline 1%," ucap Tjip.

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, Indonesia masih melalukan impor minyak mentah sebanyak 1 juta bph untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Bahlil menuturkan, saat ini produksi minyak dalam negeri baru mencapai 600.000 barel per hari, sedangkan kebutuhan minyak menyentuh angka 1,6 juta barel.

“Tapi sekarang lifting hanya 600.000 dan konsumsi 1,6 juta. kita impor 900-1 juta. Ini tantangan besar menurut saya yang Indonesia harus lakukan ke depan,” kata Bahlil.

Maka dari itu, Bahlil mengatakan, pemerintah bakal melakukan tiga pendekatan untuk menekan impor minyak. Pertama, pemerintah bakal melakukan eksplorasi terhadap potensi sumur minyak baru.

Kedua, pemerintah bakal mengoptimalisasi sumur minyak yang ada. Karena 65% dari total lifting minyak dalam negeri dikuasai oleh Pertamina dan 26% oleh ExxonMobil. 

“Ketiga adalah kita sedang identifikasi untuk optimalkan sumur idle yang masih produktif. Nah, ini mungkin yang bisa kita lakukan,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper