Bisnis.com, JAKARTA – Sedikitnya tujuh orang terluka ketika penerbangan maskapai anak usaha Singapore Airlines, Scoot Airlines, dari Singapura ke kota Guangzhou, China mengalami turbulensi pada Jumat (6/9/2024) pagi waktu setempat.
Mengutip pemberitaan Straits Times pada Sabtu (7/9/2024), Scoot Airlines mengatakan penerbangan tersebut mengalami turbulensi saat mendekati Guangzhou, dan menambahkan bahwa pesawat Boeing 787-9 Dreamliner mendarat dengan lancar pada pukul 09.10 waktu setempat.
Menurut situs pelacakan penerbangan FlightRadar24, penerbangan TR100 berangkat dari Singapura sekitar pukul 05.45 pagi waktu setempat.
“Kami dapat memastikan bahwa empat penumpang dan tiga awak kapal menerima bantuan medis segera setelah tiba di Guangzhou. Hingga 6 September pukul 20.30 waktu setempat, satu penumpang dirawat di rumah sakit untuk observasi lebih lanjut,” kata Scoot.
Scoot mengatakan bahwa prioritasnya adalah keselamatan penumpang dan awak kabin. Pihak Scoot memastikan akan memberikan semua dukungan dan bantuan yang diperlukan.
Akibat insiden tersebut, satu orang dibawa ke rumah sakit. Adapun, Scoot juga tidak memperinci jumlah penumpang dan awak pesawat tersebut.
Baca Juga
Data penerbangan dari FlightRadar24 menunjukkan bahwa pesawat itu terbang pada ketinggian 35.000 kaki dengan kecepatan sekitar 500 knot lebih banyak daripada di tengah penerbangannya sebelum tiba-tiba turun 25 kaki dan melambat menjadi 262 knot. Data tersebut kemudian menunjukkan pesawat kembali ke ketinggian dan kecepatan semula.
Sementara itu pada 5 September lalu, tabloid Inggris The Mirror melaporkan, penerbangan Turkish Airlines yang berangkat dari Istanbul ke Taipei mengalami turbulensi parah.
Dua dari 17 awak kapal dan lima dari 214 penumpang terluka. Dua orang dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Dalam insiden terpisah, seseorang dibawa ke rumah sakit setelah penerbangan United Airlines dari Meksiko dialihkan ke Memphis, Tennessee, karena turbulensi parah pada 28 Agustus, kata outlet media NBC News.
Laporan BBC pada bulan Mei mengutip studi tahun 2024 yang mengatakan bahwa pesawat menghadapi turbulensi sedang hingga parah atau lebih besar sebanyak 68.000 kali setiap tahun.