Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia optimistis memandang kinerja industri manufaktur bakal kembali bergairah meskipun tantangan global masih mengadang.
Ketua Komite Tetap Kebijakan Publik Kadin, Chandra Wahjudi, mengatakan pelaku usaha tetap optimistis di tengah pelemahan kondisi perekonomian global. Dia meyakini kondisi ekonomi nasional masih dapat terjaga.
"Setidaknya peluang penurunan suku bunga acuan juga semakin terbuka, karena beberapa faktor seperti menguatnya nilai tukar rupiah," kata Chandra kepada Bisnis, Kamis (29/8/2024).
Tak hanya itu, cadangan devisa pada Juli juga dinilai masih positif yang meningkat menjadi US$145,4 miliar dibandingkan dengan posisi pada akhir Juni 2024 sebesar US$140,2 miliar.
Terlebih, industri dalam negeri juga memiliki peluang untuk memanfaatkan momentum Pilkada 2024 yang dapat menyerap produk-produk manufaktur.
"Ini akan membantu stimulasi beberapa industri yang berhubungan dengan kebutuhan alat peraga kampanye seperti garmen, spanduk, dan sebagainya," tuturnya.
Baca Juga
Namun, jika merujuk pada Indeks Kepercayaan Industri (IKI) stagnan di level 52,40 poin pada Agustus 2024. Indeks bulan ini melambat 0,82 poin dibandingkan dengan nilai IKI Agustus tahun sebelumnya.
Selain itu, optimisme pelaku usaha terhadap kondisi usahanya 6 bulan ke depan kembali turun dibandingkan dengan Juli 2024, yaitu sebesar 71,6%. Penurunan optimisme ini melanjutkan penurunan dari angka optimisme tertinggi pada bulan Juni 2024.
"Harapan kami kondisi ini dapat tetap terjaga. Dengan adanya penurunan suku bunga di kuartal ke 3 diharapkan akan menstimulasi pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Untuk diketahui, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) stagnan di level 52,40 poin pada Agustus 2024. Namun, indeks bulan ini melambat 0,82 poin dibandingkan dengan nilai IKI Agustus tahun sebelumnya.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, dari 23 subsektor industri pengolahan terdapat 20 subsektor yang mengalami ekspansi dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas sebesar 94,6% pada triwulan II/2024.
Sementara itu, tiga subsektor yang mengalami kontraksi yaitu industri tekstil, kertas dan barang kertas lainnya, serta industri pengolahan lainnya. Adapun, kontribusi dari subsektor yang terkontaksi terhadap PDB nonmigas sebesar 5,4%.
"Ada perlambatan produksi industri manufaktur pada Agustus dibandingkan bulan sebelumnya, itu tertangkap pada variabel produksi yang terkontrasi mendalam sebesar 2,90 poin menjadi 46,54," kata Febri dalam rilis IKI, Kamis (29/8/2024).