Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II/2024 mencapai 5,05%, lebih rendah secara tahunan maupun kuartalan. Tren perlambatan juga terjadi di sejumlah negara.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud menjelaskan bahwa aktivitas bisnis global sepanjang kuartal II/2024 masih terus tumbuh. Hal itu tercermin dari indikator Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang berada di zona ekspansif.
Namun demikian, International Monetary Fund (IMF) memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi 2024 secara global tumbuh stabil, sedangkan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang masih melambat.
Pertumbuhan ekonomi beberapa negara mitra dagang utama Indonesia juga masih menunjukkan sinyal perlambatan. China misalnya, mitra ekonomi utama ini mengalami koreksi secara tahunan.
"Pertama, pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan II/2024 mencapai 4,7%, atau mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan I/2024 dan triwulan II/2023," ujar Edy dalam konferensi pers, Senin (5/8/2024).
India mencatatkan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2024 hingga 7,1%, tetapi ternyata mengalami penurunan, karena pada kuartal II/2023 mencapai 8,2%. Dibandingkan dengan kuartal I/2024 yang tumbuh 7,8% pun terjadi penurunan.
"Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat [AS] tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun yang lalu," ujar Edy.
AS mencatatkan pertumbuhan ekonomi 3,1% pada kuartal II/2024 atau naik dari 2,4% pada kuartal II/2023.
Malaysia dan Singapura masing-masing mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,8% dan 2,9% pada kuartal II/2024. Keduanya mencatatkan pertumbuhan secara tahunan.
"Pertumbuhan ekonomi negara berkembang diperkirakan melambat dibandingkan tahun 2023, namun masih lebih tinggi dari capaian global," ujar Edy.