Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Bawa Kabar Buruk, Risiko Ini Hantui Stabilitas Sistem Keuangan RI

Menkeu Sri Mulyani mengungkap risiko yang menghantui stabilitas sistem keuangan Indonesia. Apa saja?
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan paparan saat Launching dan Sosialisasi Implementasi Komoditas Nikel dan Timah melalui Sistem Informasi Mineral dan Batubara Kementerian/Lembaga (SIMBARA) di Jakarta, Senin (22/7/2024). Bisnis/Abdurachman
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan paparan saat Launching dan Sosialisasi Implementasi Komoditas Nikel dan Timah melalui Sistem Informasi Mineral dan Batubara Kementerian/Lembaga (SIMBARA) di Jakarta, Senin (22/7/2024). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia masih terjaga hingga kuartal II/2024.

Meski demikian, Sri mulyani mengatakan bahwa sistem keuangan Indonesia masih menghadapi berbagai risiko terutama di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

Beberapa risiko tersebut, mulai dari tensi di Timur Tengah, perang Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung, hingga pemilihan umum di banyak negara yang memicu berbagai perdebatan terkait perbedaan kebijakan yang sangat panas.

“Ini semuanya menimbulkan sebuah dinamika geopolitik karena negara-negara besar itu tentu dipengaruhi oleh kondisi global dan juga mempengaruhi kondisi global,” katanya dalam konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 2024, Jumat (2/8/2024).

Di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini juga diperkirakan melambat menjadi sebesar 3,2% berdasarkan proyeksi dari International Monetary Fund (IMF), dari pertumbuhan 3,3% pada 2023.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS), imbuhnya, diperkirakan tetap baik yang didorong permintaan domestik, sedangkan ekonomi China belum kuat dengan pertumbuhan pada kuartal II/2024 yang sebesar 4,7% secara tahunan, seiring lemahnya permintaan domestik dan berlanjutnya tekanan sektor properti.

Lebih lanjut, perkembangan terkini menunjukkan inflasi di AS pada Juni 2024 menurun sejalan dengan turunnya tekanan harga energi dan perumahan, sementara tingkat pengangguran di AS meningkat.

Hal ini kemudian mendorong perkiraan penurunan Fed Funds Rate (FFR) dapat lebih cepat dari proyeksi sebelumnya pada akhir tahun 2024. 

Namun demikian, Sri Mulyani mengatakan bahwa yield US Treasury 10 tahun diperkirakan tetap tinggi karena kebutuhan pembiayaan defisit anggaran pemerintah AS. Selain itu, indeks mata uang dolar AS juga masih kuat.

“Perkembangan ini membuat ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi, yang bersamaan dengan ketegangan geopolitik yang belum mereda, dan perkembangan politik yang dinamis seiring penyelenggaraan Pemilu di berbagai negara, mengakibatkan aliran modal ke negara berkembang relatif terbatas,” kata dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper