Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Impor LPG 6 Juta Ton/Tahun, Duit Rp55,8 Triliun Terbang ke Negara Lain

Kementerian ESDM menyebut Indonesia masih melakukan impor LPG hingga 6 juta ton per tahun.
Pekerja menyusun tabung Liquified Petroleum Gas (LPG) di Jakarta, Senin (20/6/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pekerja menyusun tabung Liquified Petroleum Gas (LPG) di Jakarta, Senin (20/6/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa Indonesia masih mengimpor LPG hingga 6 juta ton per tahun dengan perkiraan senilai US$3,45 miliar atau setara dengan Rp55,8 triliun.

Masih dilakukannya impor LPG, kata Arifin dikarenakan belum banyaknya jaringan-jaringan distribusi gas.

“Jadi sekarang kan kita impor LPG lebih dari 6 juta ton setahun. Kalau harganya US$575 per ton, dikali-kaliin aja tuh,” kata Arifin di Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jumat (2/8/2024).

Arifin menuturkan bahwa pemerintah saat ini tengah mendorong pembagunan infrastruktur gas guna mengurangi angka impor LPG.

Sehingga, pada tahun ini pemerintah sedang fokus menyelesaikan pipa gas Cirebon-Semarang (Cisem) dan pada tahun depan pemerintah bakal menyelesaikan pipa Dumai-Sei Mangkei (Dusem).

“Nah dengan adanya transmisi gas ini, nanti Jawa ke depannya akan membuka wilayah jaringan-jaringan distribusi gas. Wilayah itu didorong untuk bisa menyediakan jaringan gas ke masyarakat dan selain industri,” ucapnya.

Kementerian ESDM memproyeksikan penyaluran LPG 3 kg bakal melebihi alokasi APBN 2024 atau overkuota sampai akhir tahun ini.

Otoritas hilir migas memperkirakan konsumsi gas melon subsidi sampai akhir 2024 mencapai di angka 8,121 juta ton. Prognosa itu lebih tinggi dari alokasi yang ditetapkan dalam APBN 2024 di angka 8,03 juta ton.

Sementara itu, realisasi penyaluran LPG 3 kg pada periode Januari-Mei 2024 telah mencapai 3,37 juta ton atau 41,9% dari kuota yang ditetapkan dalam APBN tahun ini.

Adapun, Kementerian ESDM mencatat kenaikan penyaluran LPG 3 kg selama 2019 sampai dengan 2022 berada di kisaran 4,5% setiap tahunnya. Kendati demikian, terjadi tren penurunan pada penyaluran 2022 ke 2023 ke level 3,2%. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lukman Nur Hakim
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper