Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Parah! PMI Manufaktur Kontraksi, Rekor Terburuk dalam 3 Tahun Terakhir

Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juli 2024 masuk ke zona kontraksi setelah bertahan di level ekspansi selama 34 bulan berturut-turut
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat, sementara itu indeks PMI manufaktur tercatat mengalami kontraksi, rekor terburuk dalam 3 tahun terakhir./Bisnis
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat, sementara itu indeks PMI manufaktur tercatat mengalami kontraksi, rekor terburuk dalam 3 tahun terakhir./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas manufaktur nasional tercatat mengalami kontraksi setelah bertahan di level ekspansi selama 34 bulan berturut-turut. Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juli 2024 kini berada di level 49,3 atau turun 1,4 poin dari bulan sebelumnya. 

Berdasarkan laporan S&P Global, PMI manufaktur tercatat terkontraksi di bawah level 50 terakhir kali pada Agustus 2021 saat masa pandemi. Kala itu, PMI manufaktur Indonesia berada di level 43,7. Setelah itu, kinerja manufaktur terus berekspansi. 

Kondisi operasional manufaktur pada Juli 2024 terkontraksi disebabkan tingkat output dan permintaan baru turun pada tingkat sedang. Perusahaan industri pengolahan juga banyak mengurangi jumlah staf dalam 4 bulan terakhir. 

Economis Director S&P Global Market Intelligence Paul Smith mengatakan, perlambatan tersebut didorong penurunan marginal pada kondisi operasional produk yang dipengaruhi pasar. 

"Dengan permintaan baru berkurang dan produksi turun untuk pertama kali dalam 2 tahun. Sehingga produsen lebih waspada, aktivitas pembelian sedikit dikurangi dan ketenagakerjaan menurun pada kecepatan tertinggi sejak bulan September 2021," kata Paul dalam laporan tersebut. 

Fakor utama yang menjadi penyebab penurunan indeks PMI manufaktur, yaitu permintaan pasar yang menurun drastis sehingga penjualan merosot untuk pertama kali dalam 1 tahun terakhir. Hal ini diikuti dengan ekspor yang masih melemah dan penundaan pengiriman barang. 

Laporan S&P Global juga menunjukkan bahwa produsen memilih untuk sedikit mengurangi aktivitas pembelian mereka pada Juli yang menandai penurunan pertama sejak bulan Agustus 2021. 

Volume susunan staf juga dikurangi dengan penurunan paling tajam selama hampir tiga3 tahun. Ditemukan banyak laporan bahwa kontrak karyawan tidak diperbarui.  

Sementara itu inflasi harga input berkurang pada Juli meski masih tinggi. Kenaikan umum pada harga bahan baku ditambah dengan nilai tukar yang buruk mendorong biaya inflasi pada periode survei terkini. 

Produsen menanggapinya dengan menaikkan biaya secara maksimal selama 3 bulan. Dalam 12 bulan mendatang, kepercayaan diri tentang masa depan mencapai level tertinggi sejak Februari. 

Perusahaan percaya diri volume penjualan akan membaik dan kondisi pasar akan menguat pada tahun mendatang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper