Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Pandjaitan menegaskan permohonan restrukturisasi utang Jiangsu Delong Nickel Industry Co tidak berdampak negatif pada industri di dalam negeri.
“Pasokannya dia yang bermasalah, urusan dia itu, tidak ada urusan kita,” kata Luhut selepas agenda The 2nd International & Indonesia Carbon Capture and Storage (IICCS) Forum 2024 di Jakarta, Rabu (31/7/2024).
Seperti diketahui, Jiangsu Delong baru-baru ini dimohonkan restrukturisasi kebangkrutan ke pengadilan China oleh satu satu krediturnya.
Mengutip Bloomberg, Sabtu (27/7/2024), pengadilan lokal di Kabupaten Xiangshui, Provinsi Jiangsu, sedang mempelajari permohonan yang diajukan oleh sebuah BUMN konstruksi China tersebut, bersama dengan tiga kasus lain yang menargetkan afiliasi perusahaan.
Pengadilan akan memutuskan apakah akan menerima dan mengadili kasus-kasus tersebut, yang mana melibatkan sejumlah besar kreditur dan hubungan hukum yang rumit.
Jiangsu Delong milik taipan Dai Guofang sedang berjuang untuk tetap likuid di tengah krisis sektor properti di China dan kondisi kelebihan pasok yang sangat memengaruhi industri logam.
Baca Juga
Pabrik-pabrik Delong di China dan Indonesia mampu menghasilkan lebih dari 10 juta ton baja tahan karat dan produk logam lainnya per tahun. Kehancuran pabrik-pabrik tersebut akan berdampak pada sektor manufaktur China dan pasar nikel global yang sedang terpuruk.
Jiangsu Delong diketahui memiliki sejumlah unit bisnis smelter nikel dan pabrik stainless steel di Indonesia, seperti PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel di Konawe, Sulawesi Tenggara, serta PT Gunbuster Nickel Indonesia (PT GNI) di Morowali, Sulawesi Tengah.
Dengan opsi pembiayaan yang terbatas, Dai sekarang sedang dalam pembicaraan dengan pejabat pemerintah daerah Jiangsu untuk menyelamatkan unit usahanya di Jiangsu.
Sementara itu, di Indonesia, Delong telah mencoba selama beberapa tahun untuk menjual sahamnya guna mendapatkan dana segar.
Pada Juli lalu, perusahaan menjual kepemilikan mayoritas di salah satu proyeknya di Indonesia kepada CNGR Advanced Material Co, sebuah perusahaan pembuat prekursor dan pemasok untuk Tesla Inc.
Baru-baru ini, salah satu pabriknya di Indonesia telah dipanggil untuk membayar utang yang dimiliki oleh anak perusahaannya di China kepada China First Heavy Industries Group Co.
Adapun, kasus ini juga diawasi secara ketat oleh ratusan pedagang grosir, pemasok peralatan dan pedagang komoditas di dalam dan di luar China, karena jaringan bisnis Dai yang sangat besar. Jiangsu Delong adalah salah satu produsen baja swasta paling terkemuka di China dan merupakan saingan berat Tsingshan Holding Group Co, yang dimiliki oleh taipan nikel Xiang Guangda.
Para kreditur mengajukan 'restrukturisasi kebangkrutan' atas empat perusahaan termasuk Jiangsu Delong, yang berarti mereka berusaha menghindari likuidasi perusahaan-perusahaan tersebut dan membiarkan pabrik-pabriknya beroperasi secara normal. Pengadilan Xiangshui sedang memulai proses penunjukan manajer yudisial untuk menjalankan proses ini.
Pengadilan tidak mempublikasikan permohonan yang masuk atau mengungkapkan perincian klaim-klaim yang diajukan. Namun, pengadilan menyatakan bahwa kandidat manajer yudisial harus pernah menangani kasus kebangkrutan dengan nilai klaim lebih dari 5 miliar yuan (US$690 juta) dan melibatkan lebih dari 2.000 karyawan.
Kandidat tersebut juga harus memiliki pengalaman dalam merger dan akuisisi, dan terbiasa dengan praktik-praktik pengumpulan aset-aset luar negeri dari perusahaan-perusahaan yang pailit, demikian pernyataan pengadilan.