Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OPINI: Farmasi Unggul: Perspektif Kesehatan, Sosial, Ekonomi, dan Strategis

Menjaga kualitas obat merupakan langkah penting dalam memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan
Sejumlah obat-obatan produksi Kimia Farma yang menggunakan BBO lokal di pabrik PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP), Cikarang, Senin (3/10/2022)/Bisnis-Dewi Fadhilah Soemanagara.
Sejumlah obat-obatan produksi Kimia Farma yang menggunakan BBO lokal di pabrik PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP), Cikarang, Senin (3/10/2022)/Bisnis-Dewi Fadhilah Soemanagara.

Bisnis.com, JAKARTA - Mutu obat yang baik adalah pilar utama dalam sistem pelayanan kesehatan yang efektif. Obat-obatan berkualitas tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga memiliki implikasi yang luas terhadap berbagai aspek lain seperti ekonomi, hukum, sosiologi, dan strategi nasional.

Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak mutu obat yang baik dari berbagai perspektif tersebut, menyoroti pentingnya kebijakan yang mendukung produksi dan distribusi obat berkualitas tinggi.

Kesehatan dan Mutu Obat

Obat-obatan yang bermutu tinggi menjamin efektivitas terapi medis. Obat yang diproduksi dengan standar tinggi memastikan dosis yang tepat dan konsistensi bahan aktif, yang sangat penting untuk mencapai hasil terapeutik yang diinginkan. Sebaliknya, obat berkualitas rendah dapat menyebabkan kegagalan terapi, resistensi obat, dan kondisi kesehatan yang memburuk. Studi oleh WHO (2017) menunjukkan bahwa obat-obatan yang tidak memenuhi standar bisa mengakibatkan lebih dari satu juta kematian setiap tahunnya di negara-negara berkembang, menggambarkan betapa kritisnya masalah ini bagi kesehatan global.

Di Indonesia, menjaga kualitas obat merupakan langkah penting dalam memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan. Banyak kasus di mana obat palsu atau substandar beredar di pasar, mengancam kesehatan masyarakat. Menurut BPOM, pada tahun 2020, terdapat lebih dari 300 kasus obat palsu yang berhasil diungkap, dengan sebagian besar di antaranya beredar di daerah-daerah dengan pengawasan yang lebih lemah (BPOM, 2020).

BPOM berperan penting dalam mengawasi kualitas obat di Indonesia. Melalui program-program pengawasan yang ketat, BPOM berusaha memastikan bahwa obat yang beredar di pasar memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan. Namun, tantangan dalam penegakan hukum dan keterbatasan sumber daya sering kali menghambat efektivitas pengawasan ini.

Selain itu, program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan juga memainkan peran penting dalam memastikan akses terhadap obat-obatan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui JKN, pemerintah berupaya untuk menyediakan obat-obatan esensial yang aman dan efektif bagi peserta program. Menurut data Kementerian Kesehatan, hingga tahun 2023, lebih dari 220 juta orang telah terdaftar sebagai peserta JKN, dan anggaran yang dialokasikan untuk pengadaan obat mencapai 25 triliun rupiah setiap tahunnya (Kemenkes, 2023). Namun, dengan skala yang sangat besar, program ini menghadapi tantangan dalam memastikan bahwa semua obat yang disalurkan benar-benar memenuhi standar kualitas.

Kualitas obat juga memengaruhi keberhasilan program imunisasi dan penanganan penyakit menular. Sebagai contoh, vaksin berkualitas rendah dapat menyebabkan penurunan efektivitas program imunisasi, yang berpotensi mengakibatkan peningkatan angka kejadian penyakit yang seharusnya dapat dicegah. Data dari Riskesdas menunjukkan bahwa cakupan imunisasi di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 90%, namun adanya kekhawatiran tentang kualitas vaksin dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap program ini (Riskesdas, 2021). Hal ini bukan hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga membebani sistem kesehatan dengan meningkatnya kebutuhan perawatan dan pengobatan.

Kepercayaan Dokter dan Konsumen

Kepercayaan dokter dan konsumen terhadap obat-obatan sangat dipengaruhi oleh kualitas obat yang tersedia di pasaran. Dokter, sebagai pihak yang meresepkan obat, sangat bergantung pada jaminan kualitas dari produsen dan pengawas obat. Jika dokter meragukan kualitas obat yang tersedia, mereka mungkin enggan meresepkannya, yang pada akhirnya dapat mengganggu proses perawatan pasien. Kepercayaan ini dibangun melalui pengalaman klinis, informasi dari badan pengawas seperti BPOM, serta dari penelitian dan publikasi ilmiah yang tersedia.

Survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Indonesia pada tahun 2022 menunjukkan bahwa 78% dokter merasa yakin dengan kualitas obat yang disediakan oleh program JKN, namun masih ada kekhawatiran mengenai obat generik yang beredar di pasaran bebas (Perhimpunan Dokter Indonesia, 2022).

Konsumen atau pasien juga memainkan peran penting dalam ekosistem kesehatan. Mereka membutuhkan jaminan bahwa obat yang mereka konsumsi aman dan efektif. Kepercayaan ini diperoleh melalui edukasi publik yang memadai dan transparansi dari produsen obat serta pengawas regulasi.

Di Indonesia, BPOM dan instansi terkait perlu meningkatkan komunikasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya memilih obat yang telah teruji dan disertifikasi. Program-program seperti kampanye kesadaran terhadap obat palsu dan substandar sangat penting dalam membangun kepercayaan ini. Menurut data BPOM, kampanye edukasi yang dilakukan pada tahun 2021 berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya obat palsu sebesar 35% dibandingkan tahun sebelumnya (BPOM, 2021).

Kepercayaan terhadap sistem kesehatan secara keseluruhan juga sangat dipengaruhi oleh kualitas obat. Ketika pasien merasa yakin bahwa obat yang mereka konsumsi aman dan efektif, mereka lebih cenderung mempercayai sistem kesehatan dan mengikuti anjuran medis. Sebaliknya, kasus-kasus di mana obat berkualitas rendah menyebabkan efek samping yang merugikan dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan dan para profesional medis. Oleh karena itu, menjaga kualitas obat merupakan langkah penting dalam memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan.

Dampak Ekonomi dari Mutu Obat

Mutu obat yang baik juga memiliki dampak signifikan pada ekonomi. Obat berkualitas tinggi memungkinkan pengobatan yang efektif, yang pada gilirannya mengurangi biaya perawatan kesehatan jangka panjang. Ketika pasien menerima obat yang efektif, mereka pulih lebih cepat dan mengurangi beban pada sistem kesehatan. Selain itu, obat berkualitas buruk dapat menyebabkan pengeluaran tambahan yang signifikan karena pasien memerlukan perawatan tambahan atau harus membeli obat yang berbeda.

Menurut sebuah laporan dari IQVIA, pengeluaran tambahan akibat obat berkualitas rendah di Indonesia diperkirakan mencapai 5 triliun rupiah setiap tahunnya (IQVIA, 2022). Selain itu, industri farmasi adalah salah satu sektor ekonomi yang penting, memberikan kontribusi signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB) dan menciptakan lapangan kerja. Investasi dalam produksi obat berkualitas tinggi juga berpotensi menarik investasi asing dan memperkuat ekonomi nasional.

Di Indonesia, industri farmasi merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dan memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2020), kontribusi sektor farmasi terhadap PDB meningkat setiap tahunnya, mencapai 1,6% pada tahun 2020. Namun, untuk menjaga dan meningkatkan kontribusi ini, perlu ada jaminan bahwa produk farmasi yang dihasilkan memenuhi standar kualitas internasional. Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan dan BPOM, perlu terus memperkuat regulasi dan pengawasan untuk memastikan kualitas produk farmasi Indonesia tetap terjaga.

Obat-obatan berkualitas tinggi juga dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Ketika pekerja menerima pengobatan yang efektif, mereka dapat pulih lebih cepat dan kembali bekerja, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas dan mengurangi waktu yang hilang karena sakit. Hal ini sangat penting bagi ekonomi negara, terutama bagi sektor-sektor yang sangat bergantung pada tenaga kerja.

Data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa sektor farmasi menciptakan lebih dari 200.000 lapangan kerja langsung pada tahun 2022, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 5% (Kementerian Perindustrian, 2022). Oleh karena itu, investasi dalam kualitas obat juga merupakan investasi dalam produktivitas ekonomi.

Implikasi Hukum dari Mutu Obat

Dari perspektif hukum, kualitas obat yang baik sangat penting untuk menjamin perlindungan konsumen dan menegakkan standar yang ketat dalam produksi farmasi. Pemerintah dan badan pengawas obat memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa obat yang beredar di pasar aman dan efektif.

Kasus-kasus di mana obat tidak memenuhi standar kualitas dapat berujung pada litigasi yang mahal dan berdampak buruk pada reputasi produsen. Undang-Undang Obat dan Makanan di berbagai negara mengatur standar yang harus dipenuhi oleh produsen obat, dan ketidakpatuhan terhadap peraturan ini dapat mengakibatkan sanksi hukum yang berat. Misalnya, di Amerika Serikat, FDA (Food and Drug Administration) memiliki wewenang untuk menarik produk yang tidak aman dari pasar dan menuntut perusahaan yang melanggar regulasi.

Di Indonesia, BPOM memiliki mandat untuk mengawasi dan menjamin kualitas obat yang beredar di pasar. BPOM memiliki kewenangan untuk menarik obat dari peredaran jika terbukti tidak memenuhi standar kualitas. Selain itu, ada juga undang-undang yang mengatur tentang perlindungan konsumen, yang memberikan hak kepada konsumen untuk menuntut ganti rugi jika mereka dirugikan oleh produk obat yang tidak memenuhi standar. Penegakan hukum yang tegas dan konsisten sangat penting untuk memberikan efek jera bagi produsen yang mencoba mengabaikan standar kualitas dan juga untuk melindungi kesehatan masyarakat.

Implementasi regulasi yang ketat juga penting untuk mencegah masuknya obat-obatan palsu ke pasar. Obat palsu tidak hanya merugikan konsumen secara finansial tetapi juga dapat menyebabkan risiko kesehatan yang serius. Dalam beberapa kasus, obat palsu dapat berisi bahan berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan kesehatan jangka panjang atau bahkan kematian.

Data dari BPOM menunjukkan bahwa pada tahun 2021, lebih dari 500.000 unit obat palsu berhasil disita, dengan nilai ekonomi yang diperkirakan mencapai 100 miliar rupiah (BPOM, 2021). Oleh karena itu, kerjasama antara BPOM, aparat penegak hukum, dan sektor swasta sangat penting untuk memerangi peredaran obat palsu dan memastikan bahwa obat yang beredar di pasar aman dan efektif.

Salah satu kasus yang menonjol adalah insiden etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang ditemukan dalam sirop obat anak-anak. Pada tahun 2022, kasus ini menyebabkan keracunan massal di beberapa negara, termasuk Indonesia, yang mengakibatkan kematian beberapa anak (Kementerian Kesehatan, 2022). Insiden ini menggarisbawahi pentingnya pengawasan ketat terhadap bahan baku farmasi dan memastikan bahwa semua produk memenuhi standar keamanan internasional seperti yang diatur dalam Farmakope VI dan USP (United States Pharmacopeia).

Perspektif Sosiologi tentang Mutu Obat

Dari sudut pandang sosiologis, akses terhadap obat-obatan berkualitas tinggi berperan penting dalam keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat. Obat-obatan yang tidak memenuhi standar dapat memperburuk kesenjangan kesehatan antara berbagai kelompok sosial.

Populasi yang lebih rentan, seperti masyarakat berpenghasilan rendah, sering kali lebih terpapar terhadap risiko obat-obatan berkualitas rendah karena keterbatasan akses terhadap informasi dan sumber daya. Penelitian yang dilakukan oleh Mackey et al. (2015) mengungkapkan bahwa distribusi obat-obatan palsu dan berkualitas rendah paling banyak terjadi di negara-negara berkembang, yang memperparah ketidaksetaraan dalam akses kesehatan. Oleh karena itu, memastikan ketersediaan obat-obatan berkualitas tinggi adalah langkah penting dalam mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan kesejahteraan umum.

Di Indonesia, program JKN memainkan peran penting dalam memastikan akses yang merata terhadap obat-obatan berkualitas. Program ini bertujuan untuk memberikan jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk akses terhadap obat-obatan esensial yang berkualitas. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam memastikan bahwa semua obat yang disediakan dalam skema JKN memenuhi standar kualitas yang ketat. Kolaborasi antara pemerintah, industri farmasi, dan organisasi masyarakat sipil diperlukan untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan bahwa seluruh masyarakat dapat mengakses obat-obatan yang aman dan efektif.

Pentingnya akses terhadap obat-obatan berkualitas tinggi juga tercermin dalam konteks pemberdayaan masyarakat. Ketika masyarakat memiliki akses terhadap obat yang efektif, mereka lebih mampu menjaga kesehatannya dan berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi dan sosial. Hal ini pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi beban sosial yang disebabkan oleh penyakit yang tidak tertangani dengan baik.

Kepentingan Strategis Nasional

Mutu obat yang baik juga memiliki implikasi strategis bagi keamanan nasional. Penyediaan obat yang aman dan efektif adalah komponen kunci dari infrastruktur kesehatan suatu negara, yang penting dalam menghadapi wabah penyakit menular dan situasi darurat kesehatan lainnya. Negara yang mampu memproduksi dan mendistribusikan obat berkualitas tinggi memiliki keunggulan strategis dalam melindungi kesehatan rakyatnya dan memastikan stabilitas sosial.

Selain itu, kemampuan untuk mengekspor obat-obatan berkualitas tinggi juga dapat meningkatkan posisi geopolitik dan ekonomi negara tersebut di kancah internasional. Laporan dari National Institute of Health (2020) menekankan bahwa investasi dalam penelitian dan pengembangan obat adalah elemen kunci dari strategi kesehatan nasional yang kuat.

Indonesia, dengan populasinya yang besar dan beragam, memerlukan strategi kesehatan yang kuat untuk memastikan ketahanan kesehatan nasional. Investasi dalam penelitian dan pengembangan obat, serta peningkatan kapasitas produksi farmasi domestik, sangat penting untuk mencapai tujuan ini. Pemerintah Indonesia perlu terus memperkuat kerjasama internasional dalam bidang farmasi dan kesehatan untuk meningkatkan kapasitas penelitian dan produksi obat berkualitas tinggi.

Selain itu, kebijakan kesehatan yang mendukung produksi obat berkualitas tinggi juga dapat memperkuat ketahanan nasional dalam situasi darurat kesehatan. Misalnya, kemampuan untuk memproduksi vaksin dan obat-obatan esensial secara mandiri sangat penting dalam menghadapi pandemi atau wabah penyakit yang dapat mengancam kesehatan masyarakat secara luas. Oleh karena itu, pembangunan kapasitas produksi farmasi domestik harus menjadi prioritas strategis bagi pemerintah Indonesia.

Kesimpulan

Mutu obat yang baik tidak hanya berdampak pada kesehatan individu tetapi juga memiliki implikasi luas terhadap ekonomi, hukum, sosiologi, dan kepentingan strategis nasional. Penting bagi pembuat kebijakan untuk mengakui dan mendukung upaya peningkatan kualitas obat melalui regulasi yang ketat, investasi dalam penelitian dan pengembangan, serta pengawasan yang efektif. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa obat-obatan yang tersedia tidak hanya aman dan efektif tetapi juga berkontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat dan stabilitas nasional.

Referensi
• WHO (2017). "Substandard and Falsified Medical Products." World Health Organization. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/substandard-and-falsified-medical-products
• BPOM (2020). "Laporan Tahunan BPOM 2020." Badan Pengawas Obat dan Makanan. https://www.pom.go.id/new/view/more/publikasi/5/Laporan-Tahunan.html
• Kementerian Kesehatan (2023). "Statistik JKN 2023." Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. https://www.kemkes.go.id
• Riskesdas (2021). "Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2021." Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. https://www.kemkes.go.id
• Perhimpunan Dokter Indonesia (2022). "Survei Kepercayaan Dokter terhadap Obat Generik." Perhimpunan Dokter Indonesia. https://www.pdgi.or.id
• BPOM (2021). "Laporan Tahunan BPOM 2021." Badan Pengawas Obat dan Makanan. https://www.pom.go.id/new/view/more/publikasi/5/Laporan-Tahunan.html
• IQVIA (2022). "Laporan Tahunan IQVIA 2022." IQVIA. https://www.iqvia.com
• Kementerian Perindustrian (2022). "Laporan Tahunan Kementerian Perindustrian 2022." Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. https://www.kemenperin.go.id
• Kementerian Kesehatan (2022). "Laporan Kasus Etilen Glikol dan Dietilen Glikol 2022." Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. https://www.kemkes.go.id
• National Institute of Health (2020). "Annual Report on Health Research." National Institute of Health. https://www.nih.gov


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper