Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bappenas Beberkan Dampak Ngeri Krisis Iklim dan Sampah ke Indonesia

Bappenas mengungkapkan kondisi mengerikan yang harus dunia dan Indonesia hadapi dari krisis iklim jika dibiarkan terus menerus.
Suasana Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 di Jakarta, Senin (29/7/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha
Suasana Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 di Jakarta, Senin (29/7/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan kondisi mengerikan yang harus dunia hadapi dari krisis iklim jika dibiarkan terus menerus. 

Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas Vivi Yulaswati menyampaikan bahwa Indonesia dan global sedang menghadapi triple planetary crisis, yakni perubahan iklim, polusi dan kerusakan lingkungan, serta hilangnya keanekaragaman hayati. 

“Jadi, kita bisa lihat dampaknya beberapa biota laut kita terpengaruh oleh suhu, kemudian juga naiknya suhu permukaan laut ini di beberapa desa sudah terendam secara permanen. Jangka panjang implikasinya kepada aset dan hilangnya penghidupan masyarakat,” Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 di Raffles Hotel, Senin (29/7/2024). 

Tecermin sejak tahun lalu, rata-rata suhu global bahkan mencapai level tertinggi pada tahun 1850-1900, di angka 1,45 derajat celcius. 

Sementara Indonesia yang memiliki lautan luas, di mana laut menyerap sekitar 90% dari sistem iklim, yang menyebabkan pemanasan paling tinggi pada 2023. 

Di samping itu, berbagai isu lingkungan juga belum dapat tertangani dengan baik, seperti polusi dan pencemaran lingkungan yang trennya terus meningkat. 

Bappenas mencatat produksi sampah domestik nasional diproyeksikan akan meningkat mencapai 82,2 juta ton per tahun pada 2045 dan kondisi pengelolaan sampah masih akan mengalami darurat sampai tahun 2045. 

“Kurang lebih by 2028, kalau TPA [Tempat Pembuangan Akhir] enggak kita handle dengan baik, akan full semuanya dan akan mencemari berbagai badan air, baik sungai maupun juga laut,” ungkapnya. 

Dalam jangka panjang, Indonesia akan semakin krisis pangan karena kehilangan sumber utama makanan. Untuk itu, pemerintah melalui Bappenas telah meluncurkan Peta Jalan SDGs. Namun, menghadapi kebutuhan pembiayaan yang mencapai Rp24.000 triliun untuk menutup adanya celah dalam sektor keuangan dalam negeri untuk mengejar target dari SDGs.  

“Berbagai bentuk pembiayaan tradisional sudah mulai didorong juga pembiayaan yang inovatif, misalnya melalui sukuk, bond, SDG bond, Blue Bond, kemudian juga sekarang kita sedang menyiapkan Orange Bond itu untuk goal 5, ada lagi yang Coral Bond juga yang non-sovereign,” jelasnya. 

Selain persoalan keuangan, Vivi menyoroti untuk menuju ekonomi hijau dan menyelamatkan bumi, dalam praktiknya masih banyak yang belum sesuai atau sejalan dengan kebutuhan dari para pelaku bisnis. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper