Bisnis.com, JAKARTA- Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) meminta pemerintah untuk memberikan 'karpet emas' kepada produsen lokal, apabila rencana karpet merah untuk investor tekstil asing masuk ke Indonesia benar akan digelar.
Wakil Ketua Umum API Anne Patricia Sutanto mengatakan bahwa produsen lokal tidak merasa terancam terkait kehadiran dan rencana penanaman modal asing (PMA) sektor tekstil di Indonesia.
"Kalau mereka dikasih karpet merah, sedangkan kami pelaku yang sudah berpuluh-puluh tahun, bukan cuma karpet merah, harusnya diberikan karpet emas," kata Anne dalam RDP dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (10/7/2024).
Dia mengatakan hal terpenting bagi pelaku usaha dalam negeri meminta agar level persaingan usaha atau level of playing field dan perlakuan adil, antara investor lokal maupun asing.
Menurut Anne, banyak pengusaha lokal sudah berpuluh-puluh tahun, bahkan sebelum Indonesia merdeka sudah mulai berusaha dan memberikan kontribusi besar bagi perekonomian negara.
"Bukan cuma karpet merah, harusnya diberikan karpet emas untuk kita, karena kita warga negara Indonesia yang sudah kasih berjuta-juta. Ini berpuluh-puluh tahun sebelum merdeka, kenapa yang baru masuk dikasih karpet merah, kita semua harus dikasih karpet emas dari A-Z," tuturnya.
Anne menyoroti pernyataan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut B Pandjaitan yang disebut akan memberikan karpet merah kepada investor tekstil asal China.
Beberapa waktu lalu, Luhut menyebutkan perusahaan tekstil asal China itu telah mendatanginya dan mengungkap rencana investasi hingga penyerapan tenaga kerja.
"Mereka mau buka dia punya industri, pegawainya yang saya senang dia bilang 'Kami pegawai 90.000, dikasih asrama, itu dia mau bangun kita usulkan di Kertajati, dekat di BYD yang dibangun disana," kata Luhut.
Bahkan, Luhut menyebutkan bahwa pabrik yang dibangun perusahaan tekstil itu akan menyerap tenaga kerja hingga 108.000 lantaran tambahan rencana pembangunan pabrik di Sukoharjo, Jawa Tengah. Investor itu juga berjanji akan memberikan seluruh karyawan tempat tinggal.
Mendengar rencana tersebut, Luhut tak ragu untuk memberikan karpet merah dan bersedia pasang badan apabila terjadi kendala dalam proses pembangunan, termasuk terkait pembebasan lahan untuk pabrik.
"Saya telepon Menteri ATR/BPN [Agus Harimurti Yudhoyono], saya bilag 'Gus kau bisa selesaikan gak keluarkan status tanah itu?' 'Bisa pak, seminggu'. By the next month kita akan mulai lihat konstruksinya," ujar Luhut.
Dia juga menjamin infrastruktur kebutuhan air yang nantinya akan terpenuhi dengan baik dari Waduk Jatiluhur atau Bengawan Solo. Namun, dia mewanti-wanti bahwa investasi yang dibawa perusahaan tersebut harus berupa usaha berorientasi ekspor untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi 6,5%-7%.
"Semua kita minta investasi yang berorientais ekspor, kalau mau tumbuh 6,5%-7% harus minta kepada investasi orientasi ekspor. Ini ekspor dia [perusahaan garmen China] bisa sampai US$18 miliar, wah ini saya bilang karpet merah," pungkasnya.