Bisnis.com, JAKARTA – Harga tembaga berhasil mengungguli nikel di tengah gegap gempita tren kendaraan listrik.
Pada kuartal I/2024, Gaikindo mencatat penjualan mobil listrik global naik 25% secara tahunan (year on year/yoy).
Mengacu ke London Metal Exchange (LME), harga logam dasar tembaga melonjak hingga 105,48% dalam kurun 4 tahun terakhir, dari level harga US$4.839 pada 3 April 2020 menjadi US$9.944 pada 5 Juli 2024.
Sementara itu, harga nikel hanya mengalami kenaikan sebesar 39,35%, dari US$12.284 menjadi US$17.056 untuk periode yang sama.
Kendati demikian, pergerakan harga nikel sempat mencapai 276,9% menyentuh level US$46.298 pada 11 Maret 2022, menyalip tembaga dengan kenaikan 110,42% di harga US$10.183.
Namun, tren meroketnya harga nikel tidak berlangsung lama setelah anjlok cukup parah sebesar 63,03% pada 5 Juli 2024 dari titik tertingginya ketika Maret 2022. Harga nikel merosot dari US$46.298 menjadi US$12.284 pada periode tersebut.
Baca Juga
Adapun, fluktuasi harga nikel dunia tidak dapat dipisahkan dengan posisi Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia, mengungguli beberapa negara seperti Filipina, Kaledonia Baru, dan Rusia.
Berdasarkan data dari United States Geological Survey (USGS), Indonesia memproduksi 1,80 juta metrik ton nikel pada 2023. Angka sekitar 50% dari total produksi nikel dunia yang mencapai 3,57 metrik ton per tahun.
Produksi nikel RI mengalahkan Filipina dengan estimasi produksi nikel sebanyak 400.000 metrik ton pada periode yang sama. Selanjutnya, ada Kaledonia Baru yang menggeser posisi Rusia dengan perkiraan produksi nikel sebanyak 230.000 metrik.
Sementara itu, Rusia berada di posisi keempat dengan estimasi produksi nikel sebanyak 200.000 metrik ton. Di belakang Rusia, menyusul Kanada dengan perkiraan jumlah produksi nikel pada tahun lalu sebanyak 180.000 metrik ton.
Kanada menggeser Australia yang kini menempati peringkat keenam dengan jumlah produksi nikel sebanyak 160.000 metrik ton.
Kemudian, China menyusul dengan perkiraan produksi mencapai 110.000 metrik ton yang diikuti oelh Brasil dengan estimasi sebesar 89.000 metrik ton.