Bisnis.com, JAKARTA - PT Kalimantan Ferro Industry (KFI) berencana membangun 18 line smelter nikel dengan menggunakan teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF).
Owner Representative PT Kalimantan Ferro Industry Muhammad Ardhi Soemargo mengatakan bahwa teknologi yang bakal digunakan merupakan teknologi RKEF terbaru.
Adapun, perusahaan milik konsorsium PT Nityasa Prima dan perusahaan asal China, San Tai Hoi Tong New Material Co, Ltd, itu bakal membangun proyek smelter nikel selama 5 tahun dengan kapasitas produksi 1,4 juta ton feronikel per tahun dengan kadar logam nikel sebesar 11,50%. Total investasinya mencapai Rp30 triliun.
“Kami menggunakan teknologi RKEF terbaru, smelter kami tidak sama dengan smelter yang lain. Kami menggunakan teknologi yang pendinginnya menggunakan wind [angin], bukan dengan air. Kementerian Perindustrian melihat ini sangat baik untuk teknologi smelter ini,” kata saat ditemui di Komplek Parlemen Senayan, Senin (8/7/2024).
Ardhi menjelaskan, bahwa pembangunan akan dilakukan dalam empat tahap di atas lahan seluas 330 hektare. Pada tahap pertama, terdapat empat line sudah hampir selesai, sementara dua line sudah siap untuk ekspor perdananya.
Untuk keempat line tersebut, Ardhi menjelaskan bahwa dua line sudah masuk tahap commissioning dan dua line lagi akan commissioning pada bulan Agustus.
Baca Juga
"Sekiranya hari ini terpasang, ada dua yang akan berproses dan kami akan terus membangun sampai dengan 18 line bisa terealisasi," ujarnya.
Lebih lanjut, Ardhi menyampaikan, keberadaan proyek smelter PT KFI nantinya bakal memberikan multiplier effect di wilayah Kalimantan Timur. Terlebih proyek ini ditargetkan dapat menyerap setidaknya 10.000 tenaga kerja lokal ke depannya.
"Hari ini kami membawahi 1.400 orang yang bekerja, di 6 tahun ke depan ada 10.000 pekerja mereka akan memberikan multiplier effect. Beberapa warung-warung dan juga harga tanah para spekulan sangat tinggi sekali," ucap Ardhi.