Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Problematika Industri Tekstil Hingga IPO Perbankan

Permasalahan tahunan industri tekstil, ekspor mobil, IPO perbankan, senjakala peritel Matahari menjadi berita pilihan BI.id pada hari ini, Kamis (4/7/2024).
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). / Bisnis - Rachman
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). / Bisnis - Rachman

Bisnis, JAKARTA - Industri tekstil terus didera dengan problematika, mulai dari banjirnya barang impor, produk ilegal, hingga gejolak geopolitik.

Selain pelemahan permintaan dari pasar utama, industri tekstil tertekan oleh regulasi dan lemahnya penindakan terhadap produk tekstil hasil impor ilegal.

Hal itu memicu gelombang PHK. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Ketenagakerjaan mencatat total klaim Jaminan Hari Tua (JHT) akibat pemutusan hubungan kerja sektor tekstil, alas kaki, dan garment hingga Mei 2024 mencapai 20% dari total klaim karena PHK sebanyak 75.380 klaim.

Selain soal industri tekstil, terdapat informasi komprehensif lainnya yang menjadi pilihan BisnisIndonesia.id pada Kamis (4/7/2024). Di antaranya adalah:

1. Nestapa Industri Tekstil: Setengah Hati, Setengah Mati
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Anggoro Eko Cahyo, menyampaikan, hingga Mei 2024, total klaim untuk sektor tekstil, alas kaki, dan garment sebanyak 12.586 klaim.

“Sampai Mei [2024] total klaim untuk tekstil, alas kaki, dan garmen adalah 12.586 dengan manfaat nominal yang sudah diberikan sebesar Rp385 miliar,” kata Anggoro dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (2/7/2024).

Secara total, Klaim JHT karena PHK di luar sektor tekstil, alas kaki, dan garment hingga Mei 2024 mencapai 62.794 klaim dengan total manfaat yang telah dibayar mencapai Rp1,66 triliun.

2. Melawan Lesu Pasar Ekspor Mobil
Performa ekspor mobil Indonesia sepanjang tahun ini hingga Mei mengalami penurunan cukup signifikan akibat melesunya permintaan pasar dunia. Namun, beberapa merek berhasil memacu pengapalan produknya.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan ekspor mobil dalam keadaan utuh (completely built-up/CBU) pada Januari-Mei 2024 turun 12,6% dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu 205.790 unit menjadi 179.764 unit.

Ekspor mobil CBU Indonesia dikapalkan oleh 10 merek pabrikan, yakni Daihatsu, Mitsubishi Motors, Hyundai, Suzuki, Honda, Isuzu, Hino, Wuling, dan DFSK.

3. Kapan ‘Puasa’ IPO Bank Berakhir?
Di tengah gelombang masuknya emiten baru di Bursa Efek Indonesia (BEI), tak ada satu pun emiten bank yang tercatat di BEI setelah 2021. Hal itu menimbulkan pertanyaan kapan ‘puasa’ penawaran saham perdana kepada publik (initial public offering/IPO) berakhir?

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (3/7), terdapat 47 emiten bank. Dari daftar tersebut, PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PNBN) tercatat paling awal, yakni 17 Agustus 1971. Sementara itu, bank terakhir tercatat, yakni PT Bank Multiarta Sentosa Tbk. (MASB).

Sayangnya, setelah itu belum ada lagi IPO bank yang terealisasi. Adapun, Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta atau Bank DKI telah mendapatkan izin prinsip penawaran saham perdana ke publik pada tahun lalu. Namun, seiring dengan kondisi di tahun politik, IPO baru siap digelar tahun depan.

4. Matahari (LPPF) Menangkis Senja Kala Pusat Perbelanjaan

Salah satu peritel terbesar di Indonesia, PT Matahari Department Store Tbk. kembali menutup dua unit gerai usahanya, Matahari Departement Store di kawasan Tangerang, Banten. Fenomena sepinya pusat perbelanjaan disebut-sebut menjadi salah satu penyebabnya.

Sebelumnya pada 2021 lalu, emiten ritel berkode saham LPPF itu juga telah menutup gerai secara besar-besaran hingga 13 unit gerai selama setahun. Sejumlah gerai yang ditutup itu tersebar di Yogyakarta, Jakarta, Bandung, dan Bogor.

Namun, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menyebut fenomena tutup gerai di kalangan peritel menjadi hal yang umum terjadi.

5. Alasan Jokowi Ingin Bentuk “Family Office”
Menteri Perekonomian Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan mengapa Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin membangun family office.

Luhut mengatakan bahwa berdasarkan data The Wealth Report, populasi individu super kaya raya di Asia diperkirakan akan tumbuh sebesar 38,3% selama periode 2023-2028. Peningkatan jumlah aset finansial dunia yang diinvestasikan di luar negara asal juga diproyeksikan akan terus meningkat.

“Berangkat dari trend tersebut, saya melihat adanya kesempatan bagi Indonesia untuk menarik dana-dana dari family office global. Dari perhitungan terkini, ada sekitar US$11,7 triliun dana kelolaan family office di dunia,” katanya dikutip dari Instagram resmi @luhut.pandjaitan pada Selasa (2/7/2024).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper