Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Lokal Menjerit, Harga Keramik Impor Asal China Lebih Murah 100%

Produsen keramik China dinilai melakukan praktik dumping, memanfaatkan subsidi pemerintah.
Jurnalis merekam gudang penyimpanan produk keramik dan tableware ilegal saat Ekspose Barang Hasil Pengawasan di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/6/2024)/NTARA FOTO/Rizal Hanafi/rwa.
Jurnalis merekam gudang penyimpanan produk keramik dan tableware ilegal saat Ekspose Barang Hasil Pengawasan di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/6/2024)/NTARA FOTO/Rizal Hanafi/rwa.

Bisnis.com, JAKARTA- Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) mendesak pemerintah untuk segera melakukan perlindungan indsutri keramik yang diserang praktik dumping oleh China. Bahkan, harga keramik asal negeri Tirai Bambu itu lebih murah 100% dari produk lokal. 

Ketua Asaki Edy Suyanto mengatakan harga pokok produksi (HPP) pabrik keramik lokal rata-rata dikisaran US$4,5 hingga US$5 per meter persegi. China memberikan harga jauh dibawah HPP produsen dalam negeri.

"Harga keramik impor China yang tercantum di dokumen impor/invoice berada di range US$2,3-2,7 per meter persegi yang mana lebih murah di atas 100%," kata Edy kepada Bisnis, Kamis (27/6/2024).

Untuk itu, pihaknya mendesak Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) untuk segera merilis hasil penyidikan antidumping terhadap produk keramik China pada Juni 2024 dengan besaran di atas 100%.

Restriksi perdagangan komoditas ini dengan China diperlukan untuk menjaga industri dalam negeri. Dia mencontohkan hal yang sama juga telah dilakukan oleh Vietnam dengan penerapan minimum harga impor US$5 per meter persegi untuk keramik asal China. Sedangkan, Filipina menerapkan US$5,5 per meter persegi.

"Unfair trade yang telah terbukti berupa subsidi pemerintah Tiongkok, praktik dumping akibat overcapacity dan oversupply produk keramik Tiongkok serta pengalihan pasar ekspor utama Tiongkok," ujarnya.

Selama ini, ekspor keramik China ditujukan ke Uni Eropa, Timur Tengah, Amerika Serikat, Amerika Utara. Namun, negara tersebut telah melakukan pembatasan terhadap produk asal China sehingga Indonesia menjadi sasaran pasar.

Terlebih, Edy melihat para importir juga menerapkan predatory pricing yang sengaja menjual produk impor jauh di bawah biaya produksi keramik nasional. Menurut dia, dampak kerugian saat ini tak hanya pada penurunan tingkat utilitas produksi, namun juga defisit transaksi ekspor dan impor. 

"Yang paling disayangkan adalah defisit transaksi ekspor-impor produk keramik senilai lebih dari US$1,3 miliar dalam kurun waktu 5 tahun terakhir," jelasnya.  

Padahal, industri keramik nasional saat ini sudah mampu memenuhi kebutuhan dan permintaan keramik dalam negeri dari sisi volume mapun jenis. 

Dia pun meminta atensi lebih kepada pemerintah lantaran industri keramik telah memberikan efek berganda yang besar dengan produk bersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) rata-rata di atas 80% yang mendukung kelangsungan usaha ribuan industri kecil dan menengah.

Lebih lanjut, pihaknya menyambut baik arahan dari Presiden Joko Widodo terkait pembatasan impor dalam Rapat Terbatas (Ratas), Selasa (25/6/2024) yang memasukkan produk keramik sebagai salah satu komoditas yang dibahas.

"Asaki mengapresiasi dan mendukung penuh atas usulan Menperin agar regulasi soal Impor Permendag 8/2024 agar ditinjau ulang dan direvisi," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper