Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aprindo: Proyeksi Bisnis Ritel Kuartal III/2024 Lebih Menantang

Aprindo memproyeksikan pertumbuhan kinerja ritel pada kuartal III/2024 di level 4,7-4,8%.
Ilustrasi bisnis ritel. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Ilustrasi bisnis ritel. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memproyeksikan pertumbuhan kinerja ritel pada kuartal III/2024 di level 4,7-4,8% (year-on-year/yoy).

Ketua Umum Aprindo, Roy Nicholas Mandey mengakui bahwa kondisi pada kuartal III/2024 akan penuh tantangan. Musababnya, suku bunga yang tinggi hingga pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bakal berdampak pada konsumsi di masyarakat.

"Kuartal III lebih menantang, tapi kami enggak bilang ini akan turun. Asal ada mitigasi dan BI Rate bisa turun sehingga suku bunga bisa dikoreksi lagi, kita berharap di angka 4,7-4,8% [yoy]," ujar Roy di Kantor DPP Aprindo, Jumat (28/6/2024).

Di sisi lain, Roy berujar adanya kemungkinan pertumbuhan ritel di Q2/2024 yang akan berakhir pada pekan ini di kisaran 4,7-4,8% (yoy) alias sama dengan proyeksi mereka terhadap pertumbuhan ritel di kuartal III/2024.

"Kita berharap jangan lebih rendah dari tahun lalu," ucap Roy.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Aprindo sekaligus Corporate Affairs Director Alfamart, Solihin mengatakan, proyeksi pertumbuhan ritel di kuartal III/2024 sebesar 4,7-4,8% (yoy) tersebut merupakan perhitungan secara agregat. Namun, pada dasarnya format ritel diakuinya sangat beragam.

Secara detail, kata Solihin, pertumbuhan kinerja ritel bisa dihitung dari dua faktor, yaitu pertumbuhan di gerai yang sama atau same store dan pertumbuhan yang dipicu oleh ekspansi jumlah gerai.

"Ekspansi itu bisa memberikan kontribusi kenaikan, misalnya peritel buka gerai lebih dari 1.000 itu bisa ada kenaikan, tapi bagaimana dengan [pertumbuhan] same store? ya belum tentu," jelasnya.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Selasa (7/6/2024), Aprindo sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan ritel pada kuartal II/2024 di kisaran 4-5% (yoy). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan proyeksi pertumbuhan ritel di Q1/2024 di kisaran 5-7% (yoy).

Roy membeberkan, proyeksi pertumbuhan yang melandai pada kuartal II/2024 dipicu berakhirnya puncak konsumsi masyarakat pada momentum Ramadan dan Idulfitri.

"Kuartal II pasti akan turun karena setelah Lebaran, di setiap tahunnya maka masyarakat mengencangkan ikat pinggang," ujar Roy, Selasa (7/5/2024).

Roy menjelaskan, masyarakat cenderung telah menghabiskan tunjangan hari raya (THR) mereka sebelum dan saat momentum Lebaran. Dengan begitu, masyarakat bakal menghemat pengeluaran untuk kebutuhan dana pendidikan pada Juni-Juli 2024.

Di sisi lain, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 6,25% dianggap bakal menggerus belanja masyarakat. Pasalnya, kata Roy, kenaikan suku bunga acuan ikut mengerek pengeluaran masyarakat untuk membayar cicilan karena bunga kredit yang meningkat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper