Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengimbau masyarakat untuk tidak berwisata ke luar negeri dan berlibur di Indonesia di tengah pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf, Nia Niscaya, menyampaikan, dengan tidak berlibur ke luar negeri, masyarakat sudah membantu negara untuk menekan kebocoran devisa. Alih-alih wisata ke luar negeri, pemerintah meminta masyarakat untuk berlibur di dalam negeri.
“Terutama yang mesti punya purchasing power ya, daya beli. Berliburlah di Indonesia, Bapak Ibu sekalian karena ketika bapak ibu berlibur di luar negeri itu artinya devisa kita bocor,” kata Nia dalam konferensi pers di Kantor Kemenparekraf, Jakarta, Senin (24/6/2024).
Guna menarik lebih banyak wisatawan nusantara (wisnus), Nia menyebut bahwa pemerintah telah mempromosikan sejumlah paket-paket wisata yang diinisiasi bersama sejumlah pelaku usaha.
Selain itu, beberapa moda transportasi seperti kereta api juga memiliki paket-paket liburan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berlibur.
Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah juga menjadi peluang bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak wisatawan mancanegara (wisman).
Baca Juga
Dalam hal ini, pemerintah menawarkan keragaman atraksi dengan beragam segmen serta affordable luxury atau kemewahan yang terjangkau untuk menggaet lebih banyak wisatawan ke Indonesia.
“Ini adalah momen ketika rupiah melemah, ambil wismannya tingkatkan perjalanan domestik. Insya Allah rupiah akan kembali pada posisi yang stabil nilai tukarnya,” ujarnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menambahkan, pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan konektivitas guna menarik lebih banyak wisman.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, kata Sandi, telah menyampaikan beberapa terobosan penerbangan baru dari tiga hub utama yakni dari India, Australia, dan Rusia, serta meningkatkan hub tambahan penerbangan dari Timur Tengah seperti Dubai, Doha, dan Istanbul, dan Asia Utara dengan hub utamanya Tokyo, Seoul, dan Hong Kong.
Cara ini, lanjutnya, juga diharapkan dapat membantu pemerintah untuk mencapai target 14,3 juta kunjungan wisman di 2024.
“Jika kita buka konektivitas yang lebih tinggi maka target di atas 14,3 juta ini sangat terbuka,” pungkasnya.