Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah, Pengusaha Resah Dampak ke Kinerja Perusahaan

Apindo mengungkap tren pelemahan rupiah sedikit banyak bakal berdampak serius pada kelangsungan iklim usaha di Indonesia.
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkap tren pelemahan rupiah sedikit banyak bakal berdampak serius pada kelangsungan iklim usaha di Indonesia.

Ketua Umum Apindo, Shinta W. Kamdani, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah itu membuat biaya produksi makin mahal. Alhasil, para pengusaha tidak mampu menghadirkan harga yang kompetitif di pasaran.

"Pelemahan hingga ke level Rp16.400 ini sangat tidak kondusif untuk pelaku usaha. Level Rp16.000 saja sebetulnya sudah sangat mendongkrak cost of doing business di Indonesia menjadi semakin mahal," tuturnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (19/6/2024).

Lebih jauh, Shinta menjelaskan bahwa pelemahan rupiah juga dikhawatirkan bakal berdampak pada peningkatan beban pembiayaan yang ditanggung pengusaha.

Apabila kondisi tersebut tak kunjung membaik, maka kenaikan risiko kredit macet (non-performing loan/NPL) kalangan pengusaha diprediksi bakal meningkat. 

Di samping itu kualitas produksi hingga penciptaan lapangan kerja juga dikhawatirkan bakal ikut tergerus.

"Ini baru dampak terhadap industri eksisting. Padahal dampak pelemahan nilai tukar juga akan berimbas negatif pada realisasi investasi dan penerimaan investasi asing," tuturnya.

Belum lagi, tambah Shinta, risiko peningkatan volatilitas atau spekulasi pasar keuangan juga cenderung akan semakin memberikan tekanan terhadap stabilitas makro ekonomi nasional.

"Pasar domestik juga kami khawatirkan akan semakin lesu dan semakin menahan diri untuk melakukan ekspansi konsumsi bila pelemahan nilai tukar terus dibiarkan," tambahnya.

Sejalan dengan hal itu, Shinta berharap agar pemerintah dapat segera berupaya melakukan intervensi kebijakan untuk menciptakan stabilitas dan penguatan nilai tukar.

Terlebih, hingga hari ini, Rabu (19/6/2024) depresiasi rupiah duduk di posisi ke-3 terdalam di Asean. Apindo menilai hal itu perlu segera diintervensi agar ekspor dan iklim investasi RI tidak tergerus.

"Perlu diingat, aktivitas tersebut menciptakan kontribusi yang signifikan terhadap penciptaan stabilitas makro ekonomi, industrialisasi, penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di Indonesia secara keseluruhan. Kalau tidak dijaga kinerja dan daya saingnya akan spiralling down dan semakin melemahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kesejahteraan masyarakat," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Alifian Asmaaysi
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper