Bisnis.com, JAKARTA -- Produk buatan China semakin bersaing di pasar global setelah nilai tukar Yuan telah melemah terhadap hampir semua mata uang utama pada bulan ini. Mata uang Negeri Tirai Bambu ini juga telah mendekati batas rentang perdagangan tetapnya terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Saat yang sama para spekulan pasar keuangan khawatir para investor akan terus ‘membuang’ aset-aset China, untuk keuntungan yang lebih tinggi di negara lain. Penurunan yuan kali ini juga disebut mengkhawatirkan, karena dapat menjadi pertama kalinya pada 2024 mata uang China ini melemah meskipun dolar juga mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan tekanan utama berasal dari pesimisme terhadap kondisi ekonomi.
“Berlanjutnya kekuatan dolar, kelemahan domestik yang terus-menerus, risiko deflasi kemungkinan akan mendorong dolar-yuan lebih tinggi,” Jelas kepala strategi makro Asia-Pasifik di Wells Fargo & Co, Chidu Narayanan, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (30/5/2024).
Chidu juga memperkirakan penetapan harga dolar-yuan akan perlahan meningkat. Sebagai catatan, yuan telah mengawali bulan ini dengan kuat karena adanya spekulasi bahwa AS semakin dekat dengan siklus penurunan suku bunganya. Namun, optimisme tersebut tidak sebanding dengan kekhawatiran atas lemahnya stimulus China, sinyal meluasnya arus keluar dana, dan konflik perdagangan dengan Negeri Paman Sam.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, sejauh ini pada Mei 2024, yuan telah melemah terhadap 31 mata uang utama kecuali peso argentina. Yuan juga menuju bulan terburuk dalam hampir satu tahun terhadap nilai tukar 24 mitra dagang.
“Yuan akan terus berkinerja buruk di sebagian besar valuta asing Asia selain Jepang karena prospek pertumbuhan yang rapuh dan perselisihan perdagangan dengan negara-negara Barat,” Jelas ahli strategi mata uang senior di Malayan Banking Berhad, Fiona Lim.
Baca Juga
Meski demikian, bank sentral China (PBOC) tampaknya tidak terburu-buru bereaksi untuk menguatkan nilai tukar yuan karena hanya ada sedikit tanda-tanda aksi jual atau dampaknya terhadap ekuitas dan obligasi.
China bahkan mungkin mengambil keuntungan dari pelemahan dolar baru-baru ini untuk memberikan ‘lampu hijau’ pada beberapa pelemahan yuan, dengan sedikit pemangkasan pada suku bunga hariannya.
Ekspor Mobil China Rekor
Di tengah nilai tukar yuan yang lemah, China terlihat perkasa untuk mengekspor produknya termasuk otomotif. Dalam catatan Antara, Ekspor mobil China melonjak 33,2% secara tahunan (year on year/yoy) pada Q1/2024.
Menurut Asosiasi Manufaktur Mobil China (China Association of Automobile Manufacturers/CAAM), China mengekspor lebih dari 1,32 juta kendaraan selama periode tersebut.
Secara khusus, dari mobil ekspor ini sekitar 307.000 kendaraan merupakan kendaraan berbasis energi baru terbarukan (new energy vehicle/NEV), naik 23,8% (yoy).
Khusus periode Maret 2024, ekspor mobil China naik 37,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan ekspor NEV negara tersebut melonjak 59,4%.