Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pemerintah terus mewaspadai konflik geopolitik, mulai dari serangan Israel ke Gaza hingga perang dagang AS vs China, terhadap ekonomi Indonesia.
Dari kondisi ekonomi global secara keseluruhan, Sri Mulyani mengungkapkan kondisi ekonomi global menjadi tidak pasti karena terjadi fragmentasi.
Alhasil, hukum-hukum global yang terjadi berdampak sangat besar dalam ekonomi global, mulai dari rantai pasok global yang rentan, munculnya tarif impor barang AS yang naik berkali-kali lipat, harga komoditas meningkat, hingga inflasi AS yang semakin sulit turun.
“Likuiditas global masih akan ketat, mempengaruhi nilai tukar termasuk negara maju dan berkembang,” jelasnya dalam konferensi pers APBN Kita edisi Mei 2024, Senin (27/5/2024).
Sri Mulyani mengatakan serangan Israel ke kawasan Gaza ternyata menimbulkan dinamika yang luar biasa. Termasuk kepada negara-negara yang berusaha menengahi konflik Israel dan Palestina.
Di sisi lain, Sri Mulyani juga menyampaikan perkembangan terkini dengan adanya pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam rangka mendapatkan dukungan untuk perang Ukraina bisa diperlunak.
Baca Juga
Sementara dalam ajang pertemuan G7 pekan lalu, lanjutnya, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara maju tersebut sepakat untuk menggunakan aset beku Rusia di Eropa untuk membangun kembali Ukraina.
Di tengah tingginya tekanan eksalasi geopolitik, Sri Mulyani membawa kabar baik. Dirinya memaparkan baltic index yang menggambarkan volume tarif, freight, angkutan barang antar negara mengalami kenaikan 112% dibandingkan periode Desember 2023.
“Ini berarti ada harapan kondisi global mungkin lebih baik dari kondisi akhir 2023 Desember, dimana waktu itu, IMF OCED prediksi 2024 ekonomi melemah,” ungkapnya.
Sementara itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada April 2024 mencatatkan surplus sebesar Rp75,7 triliun.
Sri Mulyani menyampaikan bahwa surplus APBN hingga April 2024 tersebut setara dengan 0,33% dari PDB. Surplus pada April 2024 tersebut naik signifikan dibandingkan dengan capaian pada bulan lalu yang sebesar Rp8,1 triliun.
“APBN kita mengalami surplus Rp75,7 triliun. Ini artinya 0,33% dari estimasi PDB tahun ini,” katanya.
Sejalan dengan itu, dia mengungkapkan keseimbangan primer pada periode April 2024 mencatatkan surplus sebesar Rp231,7 triliun.
Sri Mulyani merincikan bahwa realisasi pendapatan negara tercatat mencapai Rp924,9 triliun pada April 2024, 33,0% dari target APBN 2024.
Realisasi tersebut mengalami penurunan sebesar 7,6% jika dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu.
“Ada 7,6% penurunan year-on-year [yoy] dari pendapatan negara pada akhir April 2024,” jelasnya.