Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Luhut Pede Ekspor Hilirisasi Nikel Tembus Rp1.119 Triliun pada 2030

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan pede ekspor hilirisasi nikel RI dapat mencapai US$70 miliar atau sekitar Rp1.119 triliun pada 2023.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kedua kiri), Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kedua kanan), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno (kanan), dan Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (kiri) dalam rapat koordinasi penyelenggaraan World Water Forum (WWF) ke-10 di Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (16/5/2024). (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/Spt)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kedua kiri), Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kedua kanan), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno (kanan), dan Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (kiri) dalam rapat koordinasi penyelenggaraan World Water Forum (WWF) ke-10 di Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (16/5/2024). (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/Spt)

Bisnis.com, BADUNG - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan optimis ekspor hilirisasi nikel Indonesia dapat mencapai US$70 miliar atau sekitar Rp1.119 triliun (asumsi kurs Rp15.996 per dolar AS).

Luhut menuturkan target tersebut dibidik naik 2 kali lipat dari capaian ekspor nikel pada 2023 sebesar US$34 miliar atau sekitar Rp543 triliun.

"Saya percaya dengan ekosistem nikel ini, pada tahun 2030 ekspor kita akan menjadi sekitar US$70 miliar," jelas Luhut saat ditemui di Merusaka Hotel Bali, Rabu (22/5/2024).

Luhut memastikan posisi ekspor nikel tersebut menunjukkan tren sangat signifikan. Pasalnya pada 2014, ekspor nikel RI tercatat hanya sebesar US$1,5 miliar.

Dia juga mengklaim, saat ini hilirisasi nikel menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.

"Jadi bisa dilihat besarnya industri hilirisasi nikel," jelas Luhut.

Sebagaimana diketahui, Indonesia belakangan ini memang tengah fokus menggeber proses hilirisasi nikel. Bahkan, RI melarang ekspor produk turunan nikel kadar tinggi, baja nirkarat atau stainless steel. 

Luhut menekankan hal itu perlu dilakukan karena layer kedua turunan nikel tersebut dinilai paling memiliki nilai tambah bagi Indonesia.

"Layer kedua ini kita harus menikmati karena itu yang paling banyak nilai tambahnya buat bangsa Indonesia dan kita paham sekali mengenai supply demand dan kita paham sekali mengenai market mechanism," pungkas Luhut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper