Bisnis.com, JAKARTA – Impor emas batangan China anjlok pada April 2024 karena permintaan di negara konsumen emas terbesar di dunia ini mulai tertekan oleh harga yang menyentuh rekor tertinggi.
Melansir Bloomberg, Selasa (21/5/2024), data Bea Cukai China mencatat pembelian emas fisik dari luar negeri turun 30% dari bulan sebelumnya menjadi 136 ton pada April, sekaligus level yang terendah untuk tahun 2024.
Meskipun harga sangat dipengaruhi oleh suku bunga AS, penguatan harga emas batangan sebagian besar berasal dari konsumsi yang kuat di China, di mana pilihan investasi lebih terbatas daripada di negara lain.
Ketika rumah tangga dan investor menghadapi krisis yang berkepanjangan di sektor properti, pasar saham yang bergejolak, dan yuan yang melemah, uang mengalir ke aset-aset yang dianggap lebih aman, sehingga mendorong reli emas ke level tertinggi sepanjang masa.
Bank sentral China (PBOC) juga telah menunjukkan minat yang konsisten terhadap aset safe haven ini dengan terus menambah kepemilikan emas selama 18 bulan berturut-turut. Langkah ini dilakukan untuk mendiversifikasi cadangan dan lindung nilai terhadap depresiasi mata uang, meskipun laju pembelian tersebut juga melambat pada April.
Permintaan yang lebih lemah dari China diperkirakan memberi jeda penguatan harga emas. Daya tarik logam mulia ini semakin berkurang karena peringatan dari pihak pemerintah China atas spekulasi yang berlebihan.
Baca Juga
Dalam langkah terbaru untuk meredam aksi ambil risiko di pasar, Shanghai Gold Exchange kembali menaikkan persyaratan margin untuk beberapa kontrak mulai hari Selasa.
Harga emas naik ke level tertinggi sepanjang masa pada Senin karena sejumlah dorongan. Mulai dari ekspektasi penurunan suku bunga AS, langkah-langkah stimulus China, hingga ketegangan geopolitik.
Harga emas spot sempat menyentuh rekor tertinggi di US$2.449,78 per troy ounce pada Senin sebelum ditutup menguat 0,9% ke US$2.435,96. Hari ini, emas turun 0,37% ke level US$2.416,41 per troy ounce pada pukul 09.56 WIB.
Sementara itu, harga emas Comex terpantau melemah 0,88% ke US$2.417 per troy ounce hari ini setelah ditutup menguat 0,9% ke US$2,438.50 pada Senin.
Analis pasar senior RJO Futures Daniel Pavilionis mengatakan data inflasi menjadi pendorong harga emas kali ini.
"Kita mungkin melihat beberapa perubahan dalam data inflasi, tetapi juga utang yang membebani di AS, ada alasan untuk melakukan diversifikasi dari hal tersebut. Jadi, badai yang sempurna inilah yang membuat pasar emas tetap tinggi," kata Pavilonis seperti dikutip Reuters, Selasa (21/5).
Data pekan lalu menunjukkan indeks harga konsumen (IHK) AS meningkat kurang dii bawah ekspektasi pada April 2024, menunjukkan bahwa inflasi melanjutkan tren penurunannya dan meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga pada September.
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi risiko untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil, yang juga diuntungkan oleh ketidakpastian di pasar.
Pavilonis memperkirakan emas akan naik mendekati US$2.500 dalam jangka pendek karena ada kekhawatiran akan ketinggalan reli emas.
"Ada banyak non-trader yang menelepon tempat-tempat (pialang)... untuk membeli kontrak berjangka atau untuk melakukan pengiriman fisik," pungkasnya.