Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memperkirakan konsumsi rumah tangga atau kemampuan masyarat untuk belanja pada kuartal II/2024 diproyeksi tetap kuat dengan pertumbuhan sebesar 4,9% meski Ramdan dan Idulfitri sudah berlalu.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan bahwa tetap kuatnya konsumsi rumah tangga tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen yang menguat pada April 2024 menjadi sebesar 127,7.
Di sisi lain, kinerja penjualan eceran berdasarkan survei Bank Indonesia (BI) terindikasi melambat pada April 2024.
Kinerja penjualan eceran pada periode tersebut diperkirakan hanya tumbuh 0,1% secara tahunan, melambat dibandingkan pertumbuhan pada Maret 2024 yang sebesar 9,3% secara tahunan.
Menurut Josua, perlambatan kinerja penjualan eceran tersebut dipengaruhi oleh periode libur Lebaran, di mana aktivitas operasional beberapa sektor cenderung terbatas.
“Tapi dari sisi permintaan, di mana tumbuh 5,11% pada kuartal I/2024, kami melihat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II ini akan tetap solid di 5,11%,” katanya dalam media briefing Indonesia Economic Review Kuartal I/2024, Selasa (14/5/2024).
Baca Juga
Josua menjelaskan, konsumsi masyarakat pada kuartal kedua 2024 masih terdorong dari adanya momentum mudik dan libur Lebaran.
“Kita lihat kemarin aktivitas mudik Lebaran cukup panjang, ini juga mendorong spending oleh masyarakat,” jelasnya.
Dia menambahkan, untuk menjaga daya beli masyarakat tetap kuat, pengendalian inflasi tetap perlu menjadi prioritas pemerintah, terutama untuk mendukung daya beli masyarakat kelas menengah.
Pada kesempatan yang sama, Ekonom Bank Permata Faisal Rachman juga menyampaikan bahwa laju inflasi, khususnya inflasi pangan masih akan menjadi faktor penahan dalam meningkatkan konsumsi masyarakat.
Padahal, momentum Lebaran dan liburan sekolah menurutnya dapat mengerek konsumsi rumah tangga lebih tinggi dari yang diperkirakan.
“Memang momen hari libur besar dan orang bisa travelling itu pada semester I, semester II momennya hanya di penghujung tahun, karena inflasi pangannya masih cukup tinggi, itu agak menahan [konsumsi masyarakat],” jelasnya.