Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN pertambangan logam anggota MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) menyebut ada beberapa kendala dalam pengoperasian proyek teknologi peleburan Top Submerge Lance alias TSL Ausmelt Furnace.
Adapun, proyek senilai Rp1,2 triliun ini mampu mengolah bijih timah kadar rendah mulai dari 40-70 persen Sn dengan kapasitas produksi mencapai 40.000 ton crude tin per tahun. Saat ini, teknologi terbaru TINS tersebut belum beroperasi dengan kapasitas penuh.
Direktur Utama PT Timah, Ahmad Dani Virsal mengatakan bahwa belum beroperasi secara menyeluruhnya smelter ausmelt ini hanya kendala teknis saja.
“Ini teknologi baru ya memang perlu penyesuaian bagaimana komposisi. Bagaimana secara teknis, ini alasan teknis saja,” kata Dani saat ditemui selepas RUPST TINS di Jakarta, Rabu (8/5/2024) malam.
Dani menyebutkan, sampai saat ini pihaknya terus bekerja guna membuat smelter ausmelt dapat beroperasi secara menyeluruh.
Salah satunya dengan melakukan overhaul atau pengecekan kembali untuk peningkatan performa dari smelter yang ada di Bangka Belitung ini.
Baca Juga
“Ini kami lakukan ya mudah-mudahan, kami pada semester kedua sudah operasikan untuk meningkatkan produksi logam [timah],” ucapnya.
TINS akan meningkatkan kapasitas produksi pengolahan bijih timahnya secara bertahap seiring beroperasinya proyek teknologi peleburan Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace.
Direktur Operasi dan Produksi Timah Purwoko mengatakan, untuk tahun pertama, kapasitas produksi TSL Ausmelt Furnace baru akan digunakan sekitar 55 persen dan ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai 40.000 ton pada tahun ketiga.
"Kami baru capai puncak kapasitas terpasang 40.000 itu dalam 3 tahun. Tahun pertama 55 persen, tahun kedua 65 persen, tahun ketiga 40.000. Ada lima smelter [di dunia] yang gunakan ausmelt rata-rata butuh waktu 3 tahun untuk capai peak kapasitas produksi," ujar Purwoko kepada awak media, dikutip Selasa (28/2/2022).
Teknologi ausmelt furnace merupakan babak baru transformasi teknologi dalam pengolahan timah. Penggunaan teknologi ausmelt disebut dapat menekan biaya produksi 25 persen lebih murah dibandingkan menggunakan tanur reverberatory furnace yang mencapai US$1.000-US$1.500 per tin Sn.
Sistem kerja TSL Ausmelt Furnace dilaksanakan dengan proses otomasi dengan sistem kontrol sehingga bisa mengurangi dampak risiko kecelakaan kerja dan juga efektivitas kerja dengan teknologi pengolahan timah yang lebih modern.