Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati terus menyoroti eskalasi tensi geopolitik serta sikap Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang terus menahan tinggi suku bunga acuan untuk waktu yang lama atau higher for longer.
Kondisi tersebut membuat Sri Mulyani bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus waspada rambatannya ke sistem keuangan dan ekonomi domestik.
“Masih kuatnya kinerja ekonomi AS diikuti dengan laju inflasi yang masih tinggi dan meningkat pada beberapa bulan terakhir, telah mendorong potensi penundaan dimulainya pemangkasan subung oleh The Fed,” tuturnya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2024, Jumat (3/5/2024).
Di samping itu, pada April 2024, dinamika ekonomi keuangan global mengalami perubahan sangat cepat dengan kecenderungan ke arah negatif akibat eskalasi perang di Timur Tengah dan geopolitik yang semakin tinggi
Melalui kebijakan moneter AS yang cenderung mempertahankan higher for longer dan penundaan pemangkasan suku bunga Fed Fund Rate (FFR), serta tingginya yield US Treasury telah menyebabkan terjadinya arus modal portofolio keluar dari negara berkembang ke AS.
Sri Mulyani menyebutkan kondisi ini menjadi penyebab penguatan mata uang dolar AS dan melemahnya berbagai mata uang dari berbagai negara.
Baca Juga
“Ke depan, risiko terkait potensi penundaan pemangkasan FFR, tingginya yield US Treasury dan penguatan dolas AS, serta ekshalasi dari ketegangan geopolitik global akan terus dicermati,” lanjut Sri Mulyani.
Selain itu, Sri Mulyani juga menekankan bahwa KSSK akan terus siaga mengantisipasi dengan respons kebijakan yang sinergis dan efektif untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan dan ketidakpastian global terhadap perkonomian Indonesia dan stabilitas sistem keuangan Indonesia.
Meski di tengah kondisi global yang terus bergejolak, Sri Mulyani melaporkan ekonomi Indonesia dan stabilitas sistem keuangan Indonesia selama kuartal I/2024 dalam posisi yang terjaga.
“Stabilitas sistem keuangan indonesia pada kuartal I/2024 ini masih dalam kondisi yang terjaga, yang didukung oleh kondisi dari APBN kebijakan fiskal, kebijakan moneter dari BI dan sektor keuangan yang stabil,” jelasnya.