Bisnis.com, JAKARTA- Indonesian National Shipowners' Association (INSA) mengungkap perdagangan ekspor dan impor Indonesia masih dominan menggunakan kapal pelayaran asing.
Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto mengatakan untuk melakukan pelayaran internasional, ada banyak pertimbangan bagi pemilik atau pengelola kapal domestik. Terlebih, konflik geopolitik global yang tengah memanas sehingga meningkatkan risiko pelayaran ke wilayah laut merah.
"Saat ini terus terang saja ekspor-impor kita masih dikuasai oleh kapal-kapal asing hampir 90% masih asing, kalau untuk domestik sudah 99% bisa dibilang sudah kapal nasional," kata Carmelita usai agenda 'Bisnis Indonesia Shipping and Logistics', Selasa (30/4/2024).
Namun, sektor logistik pelayaran tengah berupaya mengembangkan bisnis dan mencari peluang pada aktivitas pengiriman internasional. Untuk saat ini, kinerja ekspor dan impor belum banyak memengaruhi sektor perkapalan domestik.
Meski begitu, ada beberapa pelayaran dari Indonesia yang mengirim barang untuk pasar internasional. Carmelita menekankan bahwa kondisi tersebut tetap mempertimbangkan ongkos kirim yang tinggi jika melalui wilayah konflik.
"Kalau misalnya pengiriman melalui laut merah juga kan akhirmya kita harus muter jalannya dan itu bahan bakar akan digunakan lebih banyak dari biasanya, balik lagi ke cost kita," ujarnya.
Baca Juga
Di sisi lain, Carmelita juga mengungkap tantangan pelemahan rupiah yang berdampak pada kenaikan ongkos pemeliharaan dan pembelian sparet part untuk kapal-kapal.
Pihaknya tak menampik kurs rupiah yang kini berada di angka Rp16.200 per US Dolar itu akan memengaruhi ke tarif pengiriman yang harus ditanggung oleh pengirim barang melalui kapal.
Pasalnya, pemilik kapal juga membutuhkan ongkos operasional kapal yang kini semakin tinggi. Harga energi yang melonjak hingga estimasi waktu pelayaran yang bisa mebengkak.
"Pasti akan ada kebutuhan untuk pembenahan dari kapal tersebut, butuh perbaikan, tapi kalo belum harus diperbaiki, kita tunggu sampai situasi dan keadaan membaik," tuturnya.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia Maret 2024 sebesar US$22,43 miliar atau naik 16,40% dibandingkan Februari 2024 (month-to-month/mtm).
Adapun, ekspor migas tercatat US$1,29 miliar atau naik 5,62% dan ekspor nonmigas naik 17,12% dengan nilai US$21,15 miliar.
Peningkatan kinerja ekspor pada Maret 2024 terjadi karena kenaikan nonmigas terutama logam mulia emas perhiasan, besi dan baja serta lemak dan minyak hewan nabati. Adapun, Amalia menuturkan peningkatan ekspor migas didorong peningkatan gas.