Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Naikkan Proyeksi Ekonomi Asia Pasifik jadi 4,5% pada 2024, India Tertinggi!

IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik mencapai 4,5% pada 2024. Simak pesan penting IMF.
Logo The International Monetary Fund (IMF)./Reuters
Logo The International Monetary Fund (IMF)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik menjadi 4,5% pada 2024. 

Dalam laporan Regional Economic Outlook Asia and Pacific terbaru yang dirilis Selasa (30/4/2024), proyeksi ekonomi Asia Pasifik pada April 2024 mengalami kenaikan 0,3% dibandingkan proyeksi Oktober 2023. 

IMF menilai prospek perekonomian Asia dan Pasifik semakin cerah. Namun, perekonomian kawasan diperkirakan akan melambat dibandingkan perkiraan sebelumnya karena tekanan inflasi yang menurun. 

"Pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik lebih baik dari yang diproyeksikan sebelumnya, tetapi akan melambat dari 5% pada 2023 menjadi 4,5 persen pada 2024," jelas Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan dalam Press Briefing, Selasa (30/4/2024).

Dia menambahkan Asia Pasifik secara inheren tetap dinamis dan menyumbang sekitar 60% dari pertumbuhan global. 

Adapun, pertumbuhan di tahun depan atau 2025 juga tidak berubah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 4,3%. Pada tahun lalu, pertumbuhan mencatatkan sebesar 5%.

Revisi ini kemudian mencerminkan permintaan di China yang diperkirakan memberikan dukungan terhadap stimulus kebijakan. India, dengan investasi publik yang menjadi pendorong penting, menjadikan Negara Bollywood tersebut menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat di dunia. 

Kemudian, di kala kondisi eksternal yang masih belum kuat, IMF menilai konsumsi swasta yang kuat tetap menjadi pendorong utama di negara-negara berkembang lainnya di Asia. 

Berikutnya, disinflasi global dan prospek suku bunga bank sentral yang lebih rendah telah menyebabkan kemungkinan terjadinya soft landing. Hal ini kemudian membuat risiko-risiko terhadap prospek jangka pendek kemudian seimbang. 

Dampak dari pengetatan moneter yang terjadi sebelumnya, penurunan harga komoditas dan barang secara global serta meredanya gangguan rantai pasokan setelah pandemi, semuanya berkontribusi terhadap hasil tersebut.

Meskipun demikian, Srinivasan mengatakan bahwa Disinflasi telah berkembang di seluruh wilayah Asia Pasifik, meskipun dengan kecepatan yang berbeda. 

“Di beberapa negara, disinflasi masih berada di atas target. Di negara lain, disinflasi berada pada atau mendekati target bank sentral. Sementara di beberapa negara lain terdapat risiko deflasi,” jelasnya. 

Lebih rinci, diketahui bahwa beberapa negara maju terutama Selandia Baru, Australia dan Korea Selatan, inflasi jasa yang terus menerus telah berada di atas target. 

Sebaliknya, di Thailand dan China, harga-harga konsumen telah turun. Inflasi di luar makanan dan energi masih rendah, yang di China mencerminkan masalah-masalah warisan dari pandemi dan koreksi sektor properti. Di tempat lain, inflasi mendekati target.

Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan
Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper