Pesan IMF untuk Bank Sentral Asia Pasifik
Meski proyeksi pertumbuhan ekonomi dinaikkan, IMF mencatat masih ada risiko-risiko yang mengintai kawasan Asia Pasific. Salah satunya, penurunan jangka panjang sektor properti di China, yang akan melemahkan permintaan dan memperpanjang deflasi.
Tantangan-tantangan lain termasuk meningkatnya defisit fiskal dan risiko-risiko terhadap perdagangan akibat ketegangan antara Amerika Serikat dan China.
Para pejabat IMF juga memperingatkan negara-negara Asia untuk tidak terlalu bergantung pada ekspektasi terhadap langkah Federal Reserve (The Fed) ketika memutuskan kebijakan moneter mereka sendiri.
Sebagai informasi, Bank Indonesia pada bulan ini secara tak terduga menaikkan suku bunga acuan anjloknya rupiah yang dihantam oleh penguatan dolar AS.
IMF mencatat negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini adalah salah satu dari banyak negara di kawasan yang mengalami depresiasi mata uang karena prospek penurunan suku bunga The Fed yang semakin berkurang.
"Meskipun mengikuti The Fed dapat membatasi volatilitas nilai tukar, namun ada risiko bahwa bank-bank sentral akan tertinggal di belakang [atau mendahului] kurva dan mengacaukan ekspektasi inflasi,” tulis Srinivasan.
Baca Juga
IMF tidak mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diramal akan tetap di level 5%. Angka tersebut sama dengan proyeksi sebelumnya atau edisi Oktober 2023.