Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produk asal China masih mendominasi total impor nonmigas ke Indonesia pada Maret 2024. Negara tersebut masih menjadi kontributor terbesar dengan porsi 31,25% dari total impor nonmigas bulan lalu.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, impor nonmigas dari China pada Maret 2024 mencapai US$4,57 miliar. Meski masih dominan, nilai impor China turun dibandingkan bulan sebelumnya senilai US$5,92 miliar maupun dibandingkan Maret 2023 senilai US$5,68 miliar.
"Pada Maret 2024, China masih menjadi negara utama asal impor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 31,25% terhadap total impor nonmigas Indonesia," kata Amalia dalam rilis BPS, Senin (22/4/2024).
Setelah China, impor produk dari Jepang juga berkontribusi cukup dominan dengan porsi 7,23% dari total impor nonmigas bulan lalu. Adapun, impor dari Jepang senilai US$1,06 miliar atau lebih rendah dari bulan sebelumnya US$1,17 miliar maupun dari Maret 2023 sebesar US$1,49 miliar.
"Sementara itu, impor nonmigas dari Jepang dan Korea Selatan masing-masing-masing mencapai US$1,06 miliar dan US$0,96 miliar," tuturnya.
Total nilai impor nonmigas dari 13 negara pada Maret 2024 mencapai US$10.998,3 juta, turun 10,81% atau US$1.333,3 juta dibandingkan Februari 2024 yang mencapai US$12.331,6 juta.
Baca Juga
Kondisi tersebut terutama dipengaruhi oleh berkurangnya nilai impor dari beberapa negara utama seperti China US$1.347,3 juta (22,76%), Thailand US$165,6 juta (16,64%), dan Jepang US$107,4 juta (9,21%).
"Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, impor dari 13 negara utama selama Januari–Maret 2024 juga turun US$1.083,4 juta (2,94%)," jelasnya.
Adapun, nilai impor Indonesia Maret 2024 mencapai US$17.961,1 juta atau turun US$479,1 juta (2,60%) dibandingkan Februari 2024. Hal ini disebabkan oleh turunnya impor nonmigas US$826,0 juta (5,34%) menjadi US$14.634,6 juta pada bulan lalu.
Dilihat dari perkembangannya terhadap Februari 2024, enam golongan barang nonmigas utama mengalami penurunan, yaitu mesin/peralatan mekanis dan bagiannya senilai US$473,0 juta (17,18%).
Selanjutnya, plastik dan barang dari plastik US$265,6 juta (27,75%), kendaraan dan bagiannya US$146,3 juta (19,71%), bahan bakar mineral US$66,4 juta (16,70%), bahan kimia organik US$33,1 juta (5,59%), dan ampas dan sisa industri makanan US$9,2 juta (2,64%).