Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mendidih, Jepang dan Yen Bisa Makin Tertekan

Harga minyak yang lebih tinggi dapat berdampak bagi Jepang dan Mata Uang Yen.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak yang lebih tinggi dapat memukul Jepang dan mata uangnya, yen, yang bergantung pada impor energi. 

Diketahui bahwa harga minyak berjangka telah melonjak pada Jumat (19/4/2024) menyusul laporan bahwa Israel melancarkan serangan rudal terhadap Iran, sehingga memperluas kenaikannya lebih dari 25% dari level terendah pada Desember 2023. 

Adapun, prospek meningkatnya ketegangan di Timur Tengah juga menunjukan bahwa reli mungkin masih bisa dilanjutkan. 

“Jepang sangat bergantung pada impor minyak, sehingga kenaikan harga menyebabkan tagihan energi lebih tinggi, yang akibatnya dapat dilihat pada melemahnya yen,” jelas pedagang obligasi dan mata uang di Monex Inc. di Tokyo, Tsutomu Soma. 

Kepala strategi mata uang Jepang di Nomura Securities Co, Yujiro Goto, juga memperkirakan bahwa kenaikan minyak sebesar 10% dapat menurunkan mata uang tersebut sebesar 3 hingga 4 yen terhadap dolar setiap tahunnya. 

Sebagai catatan, Yen telah tertekan oleh selisih yield yang besar antara Jepang dan ekonomi utama lainnya seperti Amerika Serikat (AS). Terdapat juga ekspektasi bahwa bank sentral Jepang (BOJ) hanya menaikan suku bunga secara moderat sementara pemangkasan Federal Reserve (The Fed) mungkin tertunda. 

Soma menuturkan bahwa meskipun kenaikan harga minyak dikaitkan dengan inflasi yang lebih tinggi, menurutnya kecil kemungkinannya bahwa bank sentral Jepang (BOJ) akan terburu-buru menaikkan suku bunga sehingga perbedaan suku bunga akan tetap ada.  

Yen yang melemah juga telah gagal memberikan  daya saing ekspor Jepang. Para investor juga memarkir lebih banyak dana mereka di sekuritas luar negeri dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi, 

Sementara itu, perusahaan-perusahaan berinvestasi lebih banyak di luar negeri, sehingga membuat neraca dasar Jepang defisit, yakni sebuah ukuran luas dari arus modal.

“Sumber pelemahan yen adalah kekuatan dolar yang berasal dari ketahanan ekonomi AS yang luar biasa dan pasar menarik kembali suku bunga The Fed yang mengurangi pertaruhan terhadap inflasi AS,” jelas ahli strategi valuta asing senior di DBS Bank Ltd. di Singapura, Philip Wee. 

Lanjutnya, dia berpendapat bahwa kondisi di Timur Tengah meningkatkan kekhawatiran akan lonjakan harga minyak, mendorong The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper