Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini karena faktor global dan bukan dipengaruhi oleh faktor domestik.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih terjaga baik.
Meskipun faktor domestik tidak memiliki masalah, tetapi Bank Indonesia memastikan bahwa pihaknya akan bersama mengawal di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah.
“Domestik kita gak ada masalah everytings is ok, inflasi under control, growth-nya juga kemarin lebaran aktivitas konsumsi masyarakat bagus. Jadi ini memang shock dari global yang kenanya tidak hanya Indonesia,” ujar Destry kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (17/4/2024).
Untuk melengkapi dalam memastikan nilai tukar rupiah tetap terjaga, BI akan melakukan beberapa jurus stabilisasi, seperti pasar spot (tunai) atau pembelian secara tunai maupun non delivery forward (NFD).
“Untungya BI ada beberapa instrumen keuangan selain triple intervention, jadi kita masuk di spot, masuk di DNDF, dan kalau dibutuhkan kita akan support [beli] SBN di SBN Market. Namun, kami juga lihat bahwa tekanan di bond yield tinggi, kami akan lihat SBN sampai seberapa jauh baru kita akan masuk,” jelasnya.
Baca Juga
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka menguat ke level Rp16.176,5 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (18/4/2024). Rupiah menguat di tengah stagnannya dolar AS.
Mengutip data Bloomberg pukul 09.01 WIB, rupiah dibuka menguat 0,27% ke Rp16.176,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS stagnan pada level 105,94.
Bersamaan dengan rupiah, beberapa mata uang kawasan Asia Pasifik dibuka menguat. Mata uang yang dibuka menguat tersebut di adalah yen Jepang naik 0,10%, doar Singapura naik 0,06%, dolar Taiwan naik 0,14%, dan won Korea Selatan naik 0,85%.
Lalu peso Filipina naik 0,23%, rupee India turun 0,11%, yuan China naik 0,04%, ringgit Malaysia naik 0,14%, dan baht Thailand turun 0,20%.