Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Industri China Tumbuh Lebih Tinggi, Sinyal Ekonomi Pulih?

Perusahaan-perusahaan China mencatatkan laba bersih yang lebih tinggi pada bulan-bulan awal 2024.
Pekerja mengenakan masker di pabrik milik Yanfeng Adient Seating Co. di Shanghai, China, Senin (24/2/2020)./Bloomberg-Qilai Shen
Pekerja mengenakan masker di pabrik milik Yanfeng Adient Seating Co. di Shanghai, China, Senin (24/2/2020)./Bloomberg-Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan-perusahaan industri China membukukan laba bersih yang lebih tinggi pada bulan-bulan awal 2024. Hal ini menunjukan pemulihan ekonomi yang mendapatkan momentum, meskipun sektor properti terus dihadapi kelesuan. 

Berdasarkan data Biro Statistik Nasional (NBS) laba perusahaan industri China telah melonjak 10,2% dalam dua bulan pertama, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan penurunan  laba sebesar 2,3% sepanjang tahun 2023.

Kenaikan ini terjadi seiring dengan membaiknya berbagai indikator di awal Maret 2024, yang menunjukan stabilisasi di China. Namun secara keseluruhan, kenaikan masih dibatasi oleh lemahnya pasar properti China, yang membedakan pemulihan negara tersebut setelah pandemi. 

“Setelah kejutan positif pada produksi industri di awal tahun, pemulihan keuntungan industri lebih lanjut mengirimkan sinyal lain bahwa kita memang melihat pemulihan bertahap setelah mencapai titik terendah tahun lalu,” jelas kepala ekonom Greater China di ING, Lynn Song, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (27/3/2024). 

Lanjutnya, jika pemulihan manufaktur terus berlanjut, hal ini akan berkontribusi pada pencapaian target pertumbuhan 2024. Namun masih diperlukan kebijakan yang lebih mendukung untuk mempertahankan momentum dan pemulihan. 

Berdasarkan data, perusahaan-perusahaan milik negara atau BUMN China, mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 0,5% pada Januari-Februari 2024. Pendapatan perusahaan-perusahaan asing naik 31,2% dan perusahaan swasta meningkat 12,7%.

Analis di China Everbright Bank, Zhou Maohua, berpendapat bahwa pendapatan sektor industri akan terus meningkat. Namun, masih terdapat beberapa hambatan yang perlu dihadapi. 

Hambatan tersebut terdiri dari ketidakpastian prospek permintaan global, fluktuasi harga energi dan komoditas lain, serta gangguan rantai pasokan akibat konflik geopolitik. Namun, pemulihan permintaan domestik China secara luas  masih terlihat.

Sebelumnya, dalam menghadapi pelemahan ekonomi yang berkepanjangan, wakil kepala bank sentral pada minggu lalu meyakinkan pasar mengenai pilihan kebijakan yang tersedia, meliputi pemotongan rasio persyaratan cadangan bank (RRR). Lalu, pada Januari 2024, bank sentral mengumumkan penurunan RRR terbesar dalam dua tahun.

Pihak Biro Statistik juga melaporkan data gabungan untuk dua bulan pertama untuk memilah distorsi akibat libur Tahun Baru Imlek. Data keuntungan industri mencakup perusahaan dengan pendapatan tahunan setidaknya 20 juta yuan atau sekitar Rp43 miliar dari operasi utama mereka.

Di lain sisi, mengutip Bloomberg, baru-baru ini Presiden China Xi Jinping dikabarkan telah bertemu dengan sekelompok eksekutif bisnis, strategis dan akademis AS di Beijing. Dalam pertemuan tersebut, turut hadir CEO FedEx Corp, CEO perusahaan asuransi Chubb Ltd., presiden Komite Nasional Hubungan AS-China, presiden Dewan Bisnis AS-China dan ketua Bloomberg Inc.,

Berdasarkan catatan Bisnis, pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari agenda makan malam pada November 2023, dengan para investor AS di San Fransisco. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper