Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melihat fenomena iklim berupa La Nina yang diprediksi akan melanda Indonesia pada pertengahan tahun ini tidak akan berpengaruh banyak terhadap penerimaan negara.
La Nina adalah kondisi kebalikan El Nino atau dari kondisi kering ekstrim menjadi basah alias curah hujan tinhgi.
Pasalnya untuk komoditas, yang mana produksinya bergantung pada iklim, menjadi sumber penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
“PNBP kita yang sensitif terhadap iklim seperti La Nina atau El Nino ini [berdampak ke] sektor perikanan, tapi kontribusi nya sekarang masih relatif kecil terhadap keseluruhan PNBP. Mudah-mudahan terhadap PNBP keseluruhan tidak terlalu berdampak,” ujar Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatarwata dalam konferensi pers, Senin (25/3/2024).
Isa menyampaikan pihaknya terus memantau dan mewaspadai sektor perikanan khususnya perikanan tangkap.
Pada tahun ini, pemerintah berharap adanya pertumbuhan terhadap sektor perikanan tangkap. Seiring dengan semakin tertatanya pemungutan PNBP pascaproduksi.
Baca Juga
“Jadi ini kalau nanti dampaknya cukup besar, ini akan berpengaruh, tapi secara keseluruhan terhadap PNBP karena kontribusinya belum terlalu besar, mudah-mudahan tidak terlalu berdampak,” tegasnya.
Kemenkeu mematok target senilai Rp492 triliun untuk PNBP pada tahun ini. Per 15 Maret 2024, target tersebut terlah tercapai sebesar 12,3% dari target atau sekitar Rp93,5 triliun yang utamanya ditopang oleh PNBP lainnya. Termasuk di dalamnya penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam (SDA) perikanan.
Menutup 2023, sumbangan pendapatan dari PNBP sektor perikanan tercatat senilai Rp1,69 triliun. Angka ini anjlok dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,86 triliun, utamanya karena kinerja perikanan tangkap.
Indonesia Waspada La Nina
Adapun Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa Indonesia akan mengalami fenomena alam La Nina.
Saat ini fenomena El Nino moderat masih berlangsung dengan nilai indeks 1,59 hingga awal Maret 2024. Nantinya, secara gradual El Nino akan beralih menjadi netral.
Indonesia diperkirakan akan memasuki fenomena La Nina pada periode Juli-September 2024. Fenomena ini akan membuat Indonesia sering mengalami hujan, risiko banjir hingga badai tropis.
“Jadi dari El Nino netral, setelah triwulan ketiga Juli, Agustus, September 2024 berpotensi beralih menjadi La Nina lemah,” terangnya.
Dari sisi global, potensi La Nina membuat sejumlah negara eksportir, khususnya biji-bijian, mulai waspadai.
Mengutip Reuters pada Senin (25/3/2024), fenomena La Nina diperkirakan kuat terjadi pada Oktober 2024. Menurut bursa biji-bijian Rosario, fenomena ini biasanya membawa cuaca kering dengan curah hujan yang lebih rendah.
Kondisi kering menjelang akhir tahun akan mempengaruhi perkembangan sebagian tanaman gandum di Argentina. Tak hanya itu, penanaman jagung dan kedelai juga akan berpengaruh pada musim 2024/2025 mendatang.