Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Keuangan mencatat realisasi pembayaran bunga utang pemerintah mencapai Rp69 triliun hingga 29 Februari 2024. Besaran pembayaran ini merupakan rekor baru.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa rata-rata realisasi pembayaran bunga utang pemerintah selama periode 2020 hingga 2024 adalah sebesar Rp47,2 triliun.
Pada periode yang sama pada 2023, realisasi pembayaran utang pemerintah tercatat sebesar Rp50,3 triliun, yang mana naik 19,9% secara tahunan.
“Pembayaran bunga utang 2024 [per 29 Februari 2024] Rp69 triliun, ini mengalami kenaikan cukup tajam yaitu 37% [secara tahunan],” katanya dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI DPR RI, Selasa (19/3/2024).
Untuk diketahui, realisasi pembayaran bunga utang pada 2024 ini merupakan yang tertinggi. Kenaikan realisasi yang sebesar 37% secara tahunan pun merupakan yang tertinggi setidaknya dalam 5 tahun terakhir.
Sri Mulyani menjelaskan, pembayaran bunga utang yang meningkat drastis dikarenakan stok utang pemerintah yang meningkat, utamanya saat pandemi Covid-19 dan dalam rangka pemulihan ekonomi.
Baca Juga
“Walaupun yield stabil, tapi karena jumlah stok utang naik, maka pembayaran bunga utang menjadi lebih banyak,” jelas Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, ke depan masih diperlukan mitigasi atas potensi peningkatan bunga utang mengingat volatilitas pasar keuangan masih cukup tinggi sehingga dapat mendorong peningkatan imbal hasil SBN.
“Kita akan terus menjaga dengan stok utang yang cukup tinggi ini maka beban bunga juga akan terlihat, meskipun tadi yield kita masih relatif sangat stabil,” tuturnya.
Bisnis mencatat, posisi utang pemerintah pada Januari 2024 mencapai Rp8.253,09 triliun atau setara dengan 38,75% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Posisi utang pada awal tahun tersebut kembali meningkat jika dibandingkan dengan posisi pada akhir Desember 2023 yang sebesar Rp8.114,69 triliun.
Berdasarkan instrumen, komposisi utang pemerintah pada Februari 2024 sebagian besar berupa SBN yang mencapai 88,19 persen tau Rp7.278,03 triliun.