Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka-bukaan terkait ketahanan cadangan mineral di Indonesia.
Berdasarkan pemaparan Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Ditjen Minerba Tri Winarno, umur cadangan nikel kadar tinggi tercatat yang paling tipis dibandingkan komoditas mineral kritis lainnya yang dimiliki Indonesia.
“Ketahanan cadangan nikel kita saprolit [kadar tinggi] ini kira-kira kita punya 13 tahun dan yang limonit kadar rendah] 33 tahun,” kata Tri saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Selasa (19/3/2024).
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM 2021, sumber daya bijih nikel mencapai 17,68 miliar ton dengan cadangan 5,24 miliar ton. Untuk sumber daya logam nikel mencapai 177 juta ton dengan cadangan 57 juta ton.
Kemudian, untuk komoditas tembaga, Tri menyebut bahwa ketahanan cadangannya masih sekitar 23 tahun lagi. Lalu, untuk bauksit masih ada sekitar 97 tahun.
Lebih lanjut, untuk ketahanan cadangan timah masih mencapai 31 tahun. Sementara itu, cadangan emas dan perak berada di atas 100 tahun lagi.
Baca Juga
Adapun, guna menambah cadangan mineral kritis, Tri menuturkan bahwa kementeriannya melakukan sejumlah upaya, seperti perluasan, penugasan, dan lelang blok tambang.
"Tiga mekanisme itu diharapkan ada penambahan cadangan yang signifikan,” ujar Tri.
Sebelumnya, pada semester II/2023, Kementerian ESDM melakukan penawaran 21 wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) mineral logam dan batu bara dalam dua gelombang. Gelombang I sebanyak 10 WIUP terdiri atas komoditas emas, nikel, tembaga, dan batu bara. Lalu, gelombang II sebanyak 11 WIUP terdiri atas komoditas emas, nikel, bijih besi, galena, dan batu bara.
Dari jumlah tersebut, sembilan blok tambang telah mendapat penetapan pemenang lelang pada Februari 2024.