Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Februari mencapai mengalami surplus US$0,87 miliar. Sedangkan secara kumulatif, neraca perdagangan mencapai US$2,87 miliar dolar.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar menyampaikan kondisi ini mengalami penurunan US$6,42 miliar dibandingkan periode yang sama Januari-Februari 2023.
"Surplus neraca perdagangan Indonesia Februari 2024 terutama berasal dari sektor nonmigas US$2,63 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,76 miliar," kata Amalia dalam paparan bulanan, Jumat (15/3/2024).
Sementara itu nilai ekspor nasional pada Februari 2024 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor Indonesia turun menjadi US$19,31 miliar atau 5,79% (month-to-month/mtm) dibandingkan Januari 2024.
“Ekspor migas tercatat US$1,22 miliar atau turun 12,93%, dan nilai ekspor non migas turun 5,72% menjadi US$18.09 miliar,” jelas Amalia dalam Rilis BPS.
Dia menuturkan, penurunan ekspor pada Februari 2024 di dorong oleh penurunan ekspor non migas, utamanya pada komoditas besi dan baja HS 72 dengan andil penurunan sebesar 3,26%. Selanjutnya, lemak dan minyak hewani nabati atau HS15 dengan andil penurunan sebesar 2,60%, serta logam mulia dan perhiasan permata HS 71 dengan andil penurunan sebesar 0,60%.
Baca Juga
Sementara itu, penurunan ekspor non migas di dorong oleh penurunan nilai ekspor gas. Tercatat komoditas ini memberikan andil penurunan sebesar 1,58%.
Secara tahunan, nilai ekspor Februari 2024 mengalami penurunan sebesar 9,45%.
“Kontraksi ini di dorong oleh penurunan ekspor non migas, terutama pada lemak dan minyak hewan nabati HS15, bahan bakar mineral HS27, dan besi baja HS72,” pungkasnya.
Sementara itu, pada periode yang sama nilai impor Indonesia Februari 2024 mencapai US$18,44 miliar, turun 0,29% dibandingkan Januari 2024.