Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) ungkap pemicu turunnya kinerja ekspor nasional pada Februari 2024.
Ketua Umum GPEI Benny Soetrisno mengatakan, terjadinya koreksi harga ekspor komoditi sumber daya alam menjadi pemicu turunnya kinerja ekspor Indonesia.
“Ditambah lagi, penurunan permintaan importir lantaran gangguan logistik akibat perang di Laut Merah serta konflik geopolitik di Rusia-Ukraina,” kata Benny kepada Bisnis, Jumat (15/3/2024).
Oleh karena itu, Benny mengharapkan pemerintah dapat memberikan dukungan kepada dunia usaha untuk menggenjot kinerja ekspor nasional. Diantaranya, dengan mempercepat proses administrasi perizinan yang diperlukan serta dukungan fiskal dalam bentuk percepatan proses restitusi pajak dari aktivitas ekspor.
Kemudian, dari sisi moneter, pengusaha mengharapkan adanya penurunan suku bunga pinjaman.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Februari mencapai mengalami surplus US$0,87 miliar. Sedangkan secara kumulatif, neraca perdagangan mencapai US$2,87 miliar dolar.
Baca Juga
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar menyampaikan kondisi ini mengalami penurunan US$6,42 miliar dibandingkan periode yang sama Januari-Februari 2023.
"Surplus neraca perdagangan Indonesia Februari 2024 terutama berasal dari sektor nonmigas US$2,63 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,76 miliar," kata Amalia dalam paparan bulanan, Jumat (15/3/2024).
Sementara itu nilai ekspor nasional pada Februari 2024 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor Indonesia turun menjadi US$19,31 miliar atau 5,79% (month-to-month/mtm) dibandingkan Januari 2024. Ekspor migas tercatat sebesar US$1,22 miliar atau turun 12,93%, dan nilai ekspor non migas turun 5,72% menjadi US$18.09 miliar.
Sementara itu, pada periode yang sama nilai impor Indonesia Februari 2024 mencapai US$18,44 miliar, turun 0,29% dibandingkan Januari 2024.